Sukses

Beasiswa Kemenristekdikti Rp 250 Miliar Terbuka bagi 2.700 Dosen

Beasiswa tersedia bagi dosen yang hendak melanjutkan S2.

Liputan6.com, Surabaya - Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ali Ghufron Mukti menyebutkan pihaknya menyiapkan beasiswa senilai Rp 250 miliar. Beasiswa itu terbuka bagi 2.700 dosen se-Indonesia.

Komposisi beasiswa itu tersedia bagi 2.300 dosen yang hendak meneruskan pendidikan di perguruan tinggi dalam negeri.

"Sedangkan untuk beasiswa untuk dosen yang ingin meneruskan jenjang ke perguruan tinggi luar negeri sebanyak 400 dosen," tutur Ali Ghufron usai peresmian Gedung Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (19/4/2016).

Ali Ghufron mengatakan tujuan pemberian beasiswa tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas dosen di Indonesia. Sebab, dosen di Tanah Air minimal harus berjenjang pendidikan S2.

Ali Ghufron juga berharap seluruh dosen di Indonesia memanfaatkan peluang itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemenristekdikti membebaskan kampus yang akan dipilih para dosen untuk melanjutkan pendidikan, tapi minimal terakreditasi B.

"Syarat umurnya tidak lebih 47 tahun. Asal kampus dari dosen tersebut tidak ada masalah. Misalnya, dosen meng-upgrade keilmuannya," kata Ali Ghufron.

Ali Ghufron juga menyampaikan total dosen di Indonesia mencapai 280 ribu orang. Sedangkan jumlah dosen yang berpendidikan S1 mencapai 56 ribu orang.

Ke depan, dosen yang masih berpendidikan S1 tidak diperbolehkan untuk mengajar. Mereka hanya boleh menjadi staf di kampus tersebut.

Selain 2.700 dosen, Kemenristekdikti juga bekerja sama dengan sejumlah lembaga untuk mendapatkan beasiswa lain bagi dosen.

"Untuk program ini, ada jatah 300 dosen yang diberikan kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikan hingga S3," ujar Ali Ghufron.

Ia menambahkan, Kemenristekdikti juga menyediakan insentif tambahan bagi dosen yang menerbitkan jurnal di tingkat internasional. Besarannya beragam mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 100 juta, tergantung dari kualitas jurnal yang diterbitkan.

Video Terkini