Liputan6.com, Gorontalo - Peneliti dari Whale Shark Indonesia (WSI), Mahardika Himawan, mengatakan enam hiu paus yang teridentifikasi di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango semua adalah jantan dan juvenil alias subur secara reproduksi.
"Rata-rata ukuran hiu paus yang ada di Botubarani empat sampai tujuh ekor yang berarti juvenil atau belum dewasa," ujar Mahardika di Gorontalo, dilansir Antara, Rabu (20/4/2016).
Menurut dia, hiu paus yang biasa ditemukan berada tidak jauh dari pantai biasanya masih juvenil, sedangkan hiu paus dewasa sering berada di perairan yang lebih dalam.
Baca Juga
Dari hasil monitoring WSI, hewan yang sebulan terakhir menghebohkan Gorontalo itu kini mengalami perubahan perilaku, seperti langsung datang saat nelayan mengetuk-ngetuk badan perahu untuk memanggil hiu tersebut.
"Dalam sains, perubahan perilaku ini kurang baik. Memang belum ada penelitian yang mengungkap efek panjang dari perubahan itu, tapi kami berpendapat menjaga sisi liar hiu bisa menjaga kelestariannya," jelas Mahardika.
Seharusnya, kata dia, hiu paus juga tidak diberi makan seperti halnya di Filipina. Tujuannya untuk mempertahankan sisi liar dari ikan raksasa ini.
Dari data World Wildlife Fund (WWF), jumlah hiu paus di Teluk Cendrawasih Papua berjumlah 126 individu.
Sementara hiu paus yang didata WSI yakni 36 individu di Kalimantan Timur, 28 individu di Probolinggo Jawa Timur, satu individu di Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah, satu individu di Pulau Sabang, dan tujuh individu di Gorontalo.
Ia menambahkan, tubuh hiu paus riskan luka bila berbenturan dengan kapal sehingga pengelola wisata harus mengatur jarak kapal dan melarang pengunjung menyentuh hiu paus itu.
Terkait pola migrasi, WSI menggunakan pendekatan genetika untuk mencocokkan kedekatan kekerabatan hiu paus di berbagai daerah.