Liputan6.com, Jayapura - Sosok Kartini seolah menjelma pada perempuan asal Serui. Berbeda dengan RA Kartini yang mencintai dunia tulis menulis, Herlina Rosa Papare (64) tergila-gila pada sepak bola.
Kecintaan Nenek Ai pada sepak bola ditularkan dari keluarganya sendiri. Sang ayah, Erol Iba, ialah mantan pemain Sriwijaya FC.
Baca Juga
Perempuan yang biasa dipanggil Nenek Ai itu bahkan mendirikan Sekolah Sepak Bola Bhinneka Tunggal Ika (SSB Batik) yang dikhususkan untuk anak usia dini.
"Cita-cita saya hanya satu, mendidik anak-anak Papua tanpa membedakan suku, ras dan agama," kata Nenek Ai yang ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
SSB Batik didirikan pada 2007 silam, tapi baru memulai aktivitas persepakbolaan pada 2011. Lapangan Cigombong di Kotaraja, Jayapura, yang dijadikan tempat latihan anak didiknya adalah lapangan yang disewa dari pihak ketiga.
Advertisement
Baca Juga
Semua biaya operasional SSB Batik dikeluarkan dari koceknya sendiri. Tak ada sponsor khusus atau bantuan dari pemerintah setempat.
Nenek Ai dibantu empat pelatih bola lainnya, yakni Thomas Madjar atau biasa dipanggil dengan Coach Boma, lalu Coach Touskha Iba, Coach Melki Papare dan Coach Stanley, melatih siswanya setiap hari setiap pukul 15.00 WIT hingga 17.00 WIT.
"Kecuali hari minggu, kami tak lagi berlatih. Hari minggu tetap difokuskan untuk keluarga dan pribadi anak-anak," ujar Nenek Ai.
Ketekunan Nenek Ai dan empat pelatih lainnya berbuah manis. Pada 2014, SSB Batik berhasil menjadi Juara 1 Danone Nation Cup. Saat ini, SSB Batik menduduki urutan pertama untuk wilayah Indonesia Timur dalam ajang sepak bola usia dini.
"Saat ini, kami membina 200-an anak yang berusia 6-12 tahun.Banyak anak di U-12 dan U-18 ditarik ke Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), salah satunya untuk persiapan PON 2020 yang akan dilangsungkan di Papua. Juni nanti akan diberangkatkan 12 anak lagi U-12 untuk ke Jakarta," tutur dia bangga.
Karena prestasinya, SSB Batik banyak mendapatkan undangan hingga ke sejumlah negara, misalnya Singapura dan negara di Asia lainnya. Namun, kendala biaya perjalanan membuat seluruh undangan tak bisa dipenuhi.
Bhinneka Tunggal Ika
Keinginan Nenak Ai mendirikan SSB Batik, salah satunya adalah untuk menyalurkan bakat sepak bola yang banyak dimiliki generasi muda Papua. Dia mengaku resah jika generasi muda Papua tak melakukan hal positif dalam masa muda.
Sesuai dengan namanya SSB Batik, Nenek Ai juga menanamkan bagaimana arti keberagaman di Indonesia. "Tak ada yang dibedakan di sini, semua mendapatkan kesempatan yang sama," kata Nenek Ai.
Kiprah Nenek Ai memajukan sepak bola di tanah Papua diapresiasi Robby Maruanaya, seorang pemain bola Papua pada era 80-an.
"Perjuangan Nenek Ai tanpa pamrih. Walaupun usianya sudah lebih dari setengah abad, namun masih peduli dengan sepak bola, apalagi mengajar anak usia dini dan mencari bibit-bibit pesepakbola Papua," ucap Robby.