Liputan6.com, Cirebon - Fenomena penyanyi pantura Irma Bule juga menunjukkan tren musik pantura yang dinamis. Inovasi dan kreativitas di dunia hiburan menjadi tuntutan para seniman dan musikus pantura agar tetap diterima pasar.
Berbagai cara unik disuguhkan kelompok musik atau grup dangdut pantura Cirebon-Indramayu untuk menghibur penonton dari aspek musik sampai penampilan. Mereka juga kerap promo gratis album baru.
Para seniman pantura Cirebon-Indramayu punya cara sendiri untuk tetap berada di hati penggemarnya. Penelusuran Liputan6.com dari geliat musik sepanjang Cirebon-Indramayu menunjukkan sejumlah bintang-bintang pantura Cirebon-Indramayu yang inovatif.
1. Dede S
Wanita Kelahiran 16 Juni 1977 ini sudah 20 tahun bergelut di dunia musik pantura. Wanita yang memiliki suara khas ini selalu berevolusi dalam membawakan setiap lagu di panggung.
Bersama grup musik Kucing Garong yang dibentuknya, Dede S mampu mengolaborasi lagu-lagu ciptaannya dengan musik dangdut modern. Dengan penampilan yang sedikit glamor, keramahan Dede S membuat para penggemarnya jatuh cinta.
Dalam perjalanan kariernya, Dede S mampu mengantongi 60-70 jadwal manggung tiap tahun.
"Yang paling ramai biasanya kalau musim panen raya. Tapi itu semua tergantung rezeki. Kami juga biasa manggung di luar wilayah Ciayumajakuning," kata Dede S, Rabu (20/4/2016).
Beragam prestasi berhasil diraihnya selama berkarier sebagai penyanyi pantura. Salah satunya adalah penghargaan AMI Award tahun 2007 kategori penyanyi tarling solo terbaik bareng Thukul.
Dalam perjalanan kariernya, beberapa lagu karya Dede S masih menjadi favorit penggemar, yakni "Kucing Garong", "Bli Jelas", "Kambuh", dan "Nyupang Bokong".
2. Diana Sastra
Siapa yang tak kenal Diana Sastra. Salah satu bintang penyanyi pantura Cirebon-Indramayu ini tak hanya terkenal di area pantura, tapi juga nasional.
Wanita kelahiran 14 Maret 1978 ini mengusung musik-musik pantura di kancah nasional. Pelantun lagu "Pemuda Idaman" dan "Cirebon Berintan" ini bertekad lagu-lagu yang dinyanyikannya harus menjadi tuntunan banyak orang.Â
"Lagu yang dibuat ada beberapa untuk tuntunan orang banyak. Seperti Warilais. Selain bertema cinta, unsur budaya dan seni juga menjadi inovasi kami," kata Diana.
Selain lagu yang dibawakan, Diana juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam setiap pementasannya, Diana Sastra selalu menggalang dana untuk anak yatim piatu.
Konsep manggung yang sosial ini sudah dilakukannya selama dua tahun. Bahkan, dari pengalamannya Diana membuat lagu berjudul "Jeritan Anak Yatim".
"Berangkat dari pengalaman juga. Selain itu konsep saya diharapkan dapat meningkatkan emosional antara saya, penggemar dan sosial," tuturnya.
Advertisement
Tiap kali manggung, Diana Sastra bersama tim di internal grup musiknya selalu membawa kantong plastik. Kantong plastik buat menampung hasil sumbangan penonton yang diberikan kepada anak-anak yatim piatu yang ada di lingkungan sekitar panggung.
Dalam setiap aksi panggungnya, Diana Sastra selalu ingin tampil beda. Selain mendapat perhatian masyarakat, Diana juga ingin Tarling Cirebon diterima di kancah musik nasional.
"Bagi saya namanya seni itu hampir sama. Maka yang dijual dalam kesenian di grup saya adalah pelayanan terbaik. Tentunya dengan tujuan agar Tarling Cirebon menasional itu saja dan kita para seniman tarling pun akan bangga," kata Diana.
3. Anik Arnika
Penyanyi yang satu ini dikenal dengan goyang Ani atau Goyang Woles-nya. Anik Arnika, penyanyi kelahiran 28 Juli 1994 ini menggeluti dunia tarik suara sejak tahun 2007.
"Dari SMP sudah hobi nyanyi. Otodidak belajar dan ikut grup musik akhirnya saya bisa dirikan grup sendiri," kata Anik.
Dalam aksi panggungnya, Ani selalu sukses membangkitkan suasana penonton. Bukan hanya suaranya yang khas Tarling, sesekali dia melontarkan guyonan kepada penonton maupun tebak-tebakan.
Baca Juga
"Yang penting penonton tidak jenuh dan ada bahan ketawa kalau saya nyanyi. Sukanya ya bisa menghibur diri, bisa menghibur orang banyak juga, bisa kenal orang banyak, bisa nambah saudara juga, menyalurkan hobi tapi dapet uang. Hehe," kata Anik.
Dia menggeluti dunia tarling ini atas nama seni. Goyang Anik dan woles kian populer.
"Goyang Anik itu sebutan penggemar setiap saya manggung kalau goyang woles itu pelan-pelan gitu. Saya sendiri lupa kapan goyangan itu dipopulerkan pertama kali," ujarnya.
Selain goyang pantura, busana, gaya, logat bicara menjadi identitas tersendiri bagi Anik. "Logat Jawa agak medok, campuran Cirebon, Indramayu, Brebes aku jadikan satu dan diselipkan dalam lawakan di aksi panggung aku. Nah itu yang aku maksud membawa suasana ke penonton," kata Anik.