Liputan6.com, Surabaya - Iseng-iseng berhadiah. Kalimat itu seolah menggambarkan kesuksesan yang diraih pemilik usaha Sambal Bu Rudy, IE Lanny Siswadi.
Perempuan asal Madiun itu mengaku tidak pernah menyangka usahanya bisa berkembang semasif sekarang. Apalagi, ia tidak berniat membuka usaha kuliner karena sadar jika usaha tersebut tidak mudah berkembang.
"Tapi, karena kecintaanku dengan kotaku, Madiun, setiap makan masakan Jawa yang ada di Surabaya, seperti ada yang kurang cocok di lidahku," ujar Lanny mengawali pembicaraan, kepada Liputan6.com, Rabu, 20 April 2016.
Usaha kuliner pertama yang dibuka Lanny adalah berjualan di atas mobil. Perempuan berusia 63 tahun itu kemudian beralih menjual nasi pecel di Pasar Turi, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kebetulan, ia memiliki lahan kosong di tempat itu.
"Waktu itu di jalan sekitar kawasan Manyar Kertoarjo dan ternyata berkembang terus hingga hari ini," kata istri dari Rudy Siswadi ini.
Baca Juga
Hingga suatu hari, ia melihat umpan udang milik suaminya yang tidak habis terpakai. Suami Lanny memang hobi memancing, tapi tidak setiap kali bisa pulang membawa ikan.
Umpan udang yang tersisa kemudian digoreng Lanny dan diracik dengan bumbu-bumbu sambal. Itulah proses mula sambal udang khas milik Lanny. Meski iseng-iseng, racikannya membuat ketagihan yang memakannya.
Advertisement
Karena banyak yang menyukainya, ia mulai terpikir untuk menjualnya secara bebas. Sambal udang dengan cita rasa pedas menggigit itu diberi merek Sambal Bu Rudy.
"Aku namain sambal Bu Rudy itu ya simpel saja. Karena nama aku sudah dipakai untuk usaha bidang sepatu, aku sama suami sepakat pakai saja nama suamiku. Saat itu, idenya sambal udang karena suamiku juga hobinya memancing dengan umpannya udang," tutur perempuan kelahiran 10 Oktober 1953 itu.
Lebih dari sepuluh tahun berlalu, Sambal Bu Rudy kini populer di berbagai penjuru daerah di Indonesia. Khususnya, Sambal Udang Bu Rudy yang khas dan pedas. Cik Lanny, biasa dipanggil, mengatakan kunci utama sambal udangnya itu berada di bahan baku. Baik cabai maupun udang sebagai bahan baku haruslah segar.
"Tiap hari aku olah terus enggak pernah nginep. Sehari sampai 200 kg dan udang sendiri antara 200-400 kg," ujar Lanny.
Kreasi sambal pedas Lanny berkembang. Kini sambal pedas Bu Rudy memiliki varian Sambal Peda Hijau dan Sambal Bajak Terasi. Varian yang ada itu kemudian dijulukinya sebagai sambal stopan, karena warna tutup kemasan yang mewakili lampu merah. Setiap botol sambal udang dihargai Rp 20 ribu.
"Semua negara tahu, aku pikir-pikir luar biasa. Sambal pedas ada rasanya, terus tutupnya itu kasih warna itu," tutur Bu Rudy lagi.
Selain sambal, Nasi Udang Bu Rudy juga merupakan menu favorit penggemar masakan Jawa ini. Ada pula Nasi pecel komplit asli Madiun yang dijual di depotnya. Bumbu pecel khas Madiun didatangkan langsung dari sumbernya. Untuk kebutuhan bumbu pecel, Bu Rudy juga memasok bumbu pecel yang khas untuk depotnya.
Lanny memang keukeuh mempertahankan masakan Madiun karena tidak ingin masakan kegemarannya itu hilang dimakan zaman.
"Aku berpikir sampai hari ini masakan yang aku sajikan ini generasinya enggak boleh punah," kata Lanny.
Sambal pedas Bu Rudy kini terkenal sebagai oleh-oleh wajib siapa pun yang datang ke Surabaya. Meskipun sudah merasa sukses, Lanny tidak begitu bangga dengan apa yang diraihnya saat ini. Ia masih ingat saat susah pertama kali mengawali kariernya di bidang kuliner.
"Kalau awalnya memang susah saat menghadapi pelanggan dan maka dari itu aku juga merekrut saudara saudaraku yang ada di Madiun untuk aku jadikan karyawan. Sekarang saja ada yang sedikitnya sepuluh tahun ikut sama aku kerja di sini, ya berbagilah tujuanku utamanya," ucap istri Rudy Siswadi itu.