Liputan6.com, Denpasar - Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Klas IIA Kerobokan Slamet Prihantara menyebut kerusuhan di penjara yang dipimpinnya imbas dari kedatangan 11 tersangka kasus pembunuhan di Jalan Teuku Umar, Denpasar pada 17 Desember 2015. Pembunuhan di Jalan Teuku Umar sendiri buntut dari kerusuhan di dalam Lapas Kerobokan.
Pada kerusuhan itu tewas lima nyawa, dua di Lapas Kerobokan dan tiga di Jalan Teuku Umar. Pelakunya diduga anggota Laskar Bali. Sementara korban adalah anggota Baladika Bali. Sebelas orang yang ditolak kehadirannya merupakan tersangka kasus pembunuhan di Jalan Teuku Umar.
Menurut Slamet, petugas Lapas Kerobokan menerima kedatangan 11 tersangka tersebut pada Kamis sore sekitar pukul 16.00 Wita. Namun, pelimpahan para tahanan itu tanpa dikoordinasikan sebelumnya.
"Pihak kejaksaan tidak melalui koordinasi tahu-tahu sudah ada di depan pintu yang 11 orang ini," ucap Kalapas Kerobokan Slamet di Denpasar, Bali, Jumat (22/4/2016).
Baca Juga
Padahal, menurut slamet, jauh sebelumnya telah dilayangkan surat kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Denpasar mengenai penolakan 11 tahanan tersebut.
"Kami sebelumnya sudah bersurat dan ini merupakan aspirasi dari anak-anak kami di dalam. Yang intinya, mereka tidak mau menerima orang-orang yang terlibat di Teuku Umar dan tersangka kerusuhan di lapas ini," kata dia.
Hanya saja, hal itu tak diindahkan jaksa. Sebelas orang tersebut tetap dilimpahkan ke Lapas Kerobokan. "Tapi karena sudah seperti itu, kami tadi mediasi disaksikan aparat kepolisian dan TNI. Ada yang sudah oke. Tapi ada juga yang tidak setuju itu dua blok. Akhirnya situasi memanas," Slamet menuturkan.
Ratusan Napi Menyerang Mendadak
Menurut Slamet, saat tengah berdialog, tiba-tiba ratusan narapidana dari Blok D dan H melakukan penyerangan terhadap 11 orang tersebut.
"Tiba-tiba mereka menyerang ke depan (11 orang ini). Tapi tidak ada yang terluka, karena tidak terjadi benturan. Kita kunci mereka semalam, tapi rupanya pintu dirusak, hingga terjadi aksi pelemparan," kata Slamet.
Saat kerusuhan pecah, Slamet mengaku hal utama yang dilakukannya adalah menyelamatkan nyawa 11 orang tersebut dari amukan ratusan narapidana dari Blok D dan H. "Saya sendiri turun langsung di depan. Bersama Kapolresta Denpasar sudah berhasil kita amankan, tapi dalam perkembangannya seperti ini."
"Saya serahkan semua ke pimpinan, nanti bagaimana evaluasinya. Tugas saya adalah menciptakan situasi kembali damai. Alasan tidak mau menerima apa, yang jelas saya tidak bisa menjawab. Tapi yang pasti mereka tidak mau menerima," Slamet menambahkan.
Kini, 11 orang tersebut telah dititipkan di Polresta Denpasar. "Kita titipkan di polresta demi keamanan dan situasi damai. Nanti rusuh lagi, Bali tidak aman lagi. Nanti kalau sudah ada putusan pengadilan, mereka akan ditaruh di mana, itu teknis," Kalapas Kerobokan memungkasi.