Liputan6.com, Lebak - Petani masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten panen raya padi huma yang dikembangkan di lahan darat.
"Kami panen padi huma seluas satu hektar, sehingga dapat memenuhi ketahanan pangan di daerah kami," kata warga Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Sanca (45), seperti dikutip dari Antara, Sabtu (23/4/2016).
Sanca yang juga warga Baduy memanen padi huma melalui sewa tanah di Kecamatan Gunungkencana karena areal pertanian di tanah adat relatif terbatas.
Selain Sanca, banyak masyarakat Baduy yang kini mengembangkan tanaman padi huma di lahan-lahan milik Perum Perhutani maupun sewa tanah milik orang lain.
Selama ini, masyarakat Baduy belum pernah terancam kelaparan maupun kerawanan pangan. Sebab, hasil produksi beras dari bercocok tanam padi huma di ladang melimpah dan surplus.
Selain itu juga hasil panen padi huma tersebut tidak dijual, melainkan disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit alias tempat menyimpan padi. "Kami berharap panen padi huma bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga," kata dia.
Baca Juga
Begitu juga Panja (50) seorang petani Baduy warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mengaku panen padi huma tahun ini cukup bagus karena didukung curah hujan.
Kemungkinan panen padi huma bisa mencapai 20 karung dan bisa memenuhi kebutuhan pangan selama setahun.
"Kami selain menanam padi huma juga menanam budi daya umbi-umbian, pisang dan jagung," kata Panja.
Kepala adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija mengatakan, saat ini masyarakat Baduy belum pernah mengalami kerawanan pangan karena setiap panen padi huma disimpan di lumbung-lumbung pangan atau leuit.
Saat ini, jumlah lumbung pangan tercatat 405 lumbung dan setiap lumbung dapat menampung gabah antara empat sampai lima ton. Di samping itu, masyarakat Baduy menerima program beras untuk masyarakat miskin atau rastra.
Karena itu, masyarakat Baduy yang berpenduduk 11.620 jiwa dan terdiri dari 5.870 laki-laki dan 5.570 perempuan terpenuhi kebutuhan pangannya.
"Kami terus mengembangkan bercocok tanam padi huma untuk mempertahankan kemandirian pangan. Penanaman padi huma itu dilakukan setiap setahun sekali dengan masa panen selama enam bulan," kata dia.
Ia menyatakan masyarakat Baduy tinggal di tanah ulayat seluas 5.100 hektare. Seluas 3.000 hektare di antaranya adalah hutan lindung yang terlarang menjadi lahan pertanian sehingga mereka hanya bisa menggarap lahan seluas 2.100 hektare. Luasan tersebut dinilai kurang sehingga perlu penambahan lahan pertanian.
"Kami mencatat 2012, masyarakat Baduy membeli tanah di luar kawasan tanah hak adat ulayat sekitar 900 hektar," ujar Saija.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan prinsip masyarakat Baduy yang diwariskan dari nenek moyang selama ini bisa menata produksi pangan cukup baik. Karena itu, mereka belum pernah mengalami krisis pangan.
Mereka mempertahankan pangan dengan bercocok tanam padi gogo di lahan darat tanpa menggunakan pupuk kimia.
Bahkan, produksi pangan di kawasan Baduy surplus dan melimpah karena sebagian gabah mereka disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit.
"Penyimpanan gabah itu untuk mempertahankan ketahanan pangan," ujar Dede.