Liputan6.com, Jambi - Pertengahan 2013 lalu, media lokal dan nasional heboh akan berita anak laki-laki asli Jambi yang lolos seleksi perguruan tinggi negeri (PTN). Menjadi mahasiswa baru di PTN mungkin biasa, yang hebat adalah prestasi itu diraih oleh seorang Anak Rimba Jambi yang dikenal masih terbelakang di bidang pendidikan.
Saking hebatnya, Anak Rimba Jambi bernama Besudut itu bahkan sampai diundang ke sebuah acara khusus di salah satu stasiun televisi nasional. Acara tersebut bahkan dihadiri Menteri Pendidikan saat itu, Muhammad Nuh. Prestasi Besudut dianggap langka karena menjadi gambaran sosok pendobrak adat Orang Rimba Jambi.
Kini Besudut sudah hampir tiga tahun menjadi mahasiswa di Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang berada di Kota Muarabulian, ibu kota Kabupaten Batanghari. Ditemui di sela-sela kesibukannya belajar, mahasiswa yang di daftar akademik tercatat bernama Abdul Jalil itu mengaku amat bangga.
"Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Cita-cita saya memang ingin jadi guru," kata Besudut, Rabu, 20 April 2016.
Baca Juga
Alasan Besudut sederhana. Dengan menjadi guru, ia ingin pendidikan juga dirasakan seluruh anak dari komunitas Orang Rimba. Baginya, Anak Rimba juga memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan seperti warga pada umumnya.
"Saya ingin mendidik anak-anak rimba bisa belajar baca tulis, hingga bisa sekolah dan kuliah seperti saya," ujar Besudut dengan logat khas Jambi.
Prestasi Besudut langsung disambut seabrek bantuan. Mendengar ada warga rimba di daerahnya masuk PTN, Bupati Tebo, Sukandar, berjanji membiayai uang kos Besudut tiap bulan.
Kementerian Pendidikan juga memberikan bantuan Rp 600 ribu per bulan hingga Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi yang merupakan lembaga aktif mengadvokasi Orang Rimba Jambi ikut membiayai kebutuhan kuliah Besudut.
Menempuh perjalanan darat sekitar tiga jam, sepekan sekali Besudut pulang ke kampungnya di kawasan transmigrasi, Tanagaro, Kabupaten Tebo. Ia merupakan Anak Rimba yang berasal dari kelompok Orang Rimba di daerah aliran sungai (DAS) Bernai, Kabupaten Tebo, yang berada di bagian utara Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).
Kisah Besudut Sekolah
Kisah Besudut bisa duduk di bangku kuliah bukan diraih dengan mudah. Perlu usaha ekstra dan penuh tantangan hingga ia bisa seperti saat ini. Maklum, mayoritas Orang Rimba Jambi masih menentang kehidupan layaknya warga umum lainnya, termasuk masalah pendidikan.
Ini karena Orang Rimba memegang adat berkebalikan dengan manusia pada umumnya. Jika manusia biasa tinggal kota, Orang Rimba tinggal di hutan. Hal ini juga berlaku pada kebiasaan lainnya.
Besudut diketahui merupakan murid pertama dari Saur Marlina Manurung, atau biasa disapa Butet. Ia adalah aktivis perempuan pengajar anak-anak rimba Jambi pada 2000 silam. Saat itu, ada dua teman dekat belajar Besudut, yakni Temiyang dan Gentar. Setelah tiga tahun belajar, Temiyang dan Gentar masuk ke rimba dan menikah.
"Tinggal saya sendirian," kata Besudut mengenang awal mula ia mengenyam pendidikan.
Advertisement
Dengan didampingi KKI Warsi, Besudut dibawa seorang pedagang rotan bernama Raman Kayak keluar rimba. Tidak seperti masuk sekolah dasar (SD) pada umumnya, Besudut langsung dimasukkan ke kelas IV hingga tamat.
Selama itu, ia tinggal bersama Raman Kayak dengan didampingi fasilitator dari KKI Warsi. Kemampuan Besudut sudah tercium sejak bangku SD. Dibanding anak desa lainnya, ia dikenal unggul secara akademik.
"Saat SD itulah saya mulai mengenal dunia luar rimba," ujar Besudut.
Lulus SD, Besudut kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri Tanagaro. Di sini ia sempat putus sekolah karena kerap mengambil "jatah" libur berlebihan. Saat libur sekolah, Besudut justru lama di rimba dan tak masuk ke sekolah. Namun dengan dibantu fasilitator KKI Warsi, Besudut bisa menamatkan bangku SMP pada 2010 dengan hasil cukup memuaskan.
Masuk bangku SMA, Besudut sehari-hari tinggal di koperasi yang dikelola KKI Warsi di Desa Sungai Jernih, Tanagaro. Jaraknya kurang lebih 15 kilometer dari rimba tempat tinggal keluarganya. Sepekan sekali ia pulang ke dalam rimba dengan berjalan kaki.
Besudut yang Gigih
KKI Warsi mencatat Besudut dikenal sebagai Anak Rimba yang gigih. Karena kegigihannya itu, ia berhasil membalik stigma masyarakat yang selama ini menganggap Anak Rimba akan selalu terbelakang dalam hal pendidikan.
"Besudut adalah salah satu anak pendampingan kita (KKI Warsi) selama bertahun-tahun belakangan yang berhasil menggapai asanya bisa mengecap dunia pendidikan formal sampai ke perguruan tinggi demi mewujudkan cita-citanya menjadi guru," ujar Sukma Reni, juru bicara KKI Warsi saat itu.
Seperti Anak Rimba pada umumnya, umur Besudut tak bisa dipastikan berapa karena Orang Rimba tak mengenal tanggal lahir. Namun, secara administratif ia tercatat lahir pada tanggal 12 September 1992.
Meski sudah kuliah dan bergaul dengan masyarakat umum, menurut Reni, Besudut tetap memegang teguh budaya Orang Rimba, khususnya dalam menjaga lingkungan. Besudut kerap mengajak teman-temannya untuk tetap melestarikan hutan dan lingkungan dengan menanam pohon.
Reni menambahkan, pihaknya mengharapkan Besudut dapat pula memotivasi Anak Rimba lainnya untuk giat mengejar cita-citanya, seperti hal paradigma anak rimba masa kini yang semakin maju menyentuh dunia formal.
Advertisement