Sukses

Baru 16 Tahun, Gambang Jadi Gembong Begal Makassar

Gambang dan komplotannya tak segan menyabetkan parang pada setiap korbannya.

Liputan6.com, Makassar - Umurnya baru 16 tahun, tapi kelakuan Hardi Supriadi bin Jufri alias Gambang sungguh membahayakan. Polisi menilai ia sebagai gembong begal paling sadis di Kota Makassar bernama Adiyaksa Kurang Tidur (AKT).

Setiap kali merampas barang-barang berharga di jalan, ia selalu meninggalkan korbannya dengan luka tebas. Setelah beraksi, Gambang dan komplotannya langsung menjual barang hasil kejahatan untuk hura-hura.

Gambang melakoni aksi begal sejak Desember 2015. Karena tak sekolah dan menjadi pengangguran, ia sering begadang bersama teman-temannya yang juga pengangguran di Lorong 11 Jalan Abdullah Daeng Sirua, Makassar.

"Di situlah saya mulai merencanakan mencari uang dengan jalan pintas dan mengajak teman lainnya yang sebagian juga sudah ditangkap," kata Gambang saat ditemui semalam di Pos Resmob Polda Sulselbar, Jalan Hertasning Makassar, Selasa malam, 26 April 2016.

Dengan bermodal parang dan busur rakitan, Gambang dan komplotannya menghadang pengendara di jalan raya yang sepi. "Hasilnya untuk belanja belanja dan dipakai ngumpul bareng teman teman sambil mabok saja," ujar dia.

Nama kelompok Adiyaksa Kurang Tidur (AKT) itu terinspirasi dari kebiasaannya yang sering nongkrong malam bareng temannya di bilangan Jalan Adyaksa, Kecamatan Panakukang, Makassar.  Gambang selama ini tinggal bersama orangtua. Sang bapak bekerja sebagai sopir mobil rental, sedangkan ibunya tak bekerja.

"Saya paling pulang ke rumah nanti siang istirahat kalau kurang tidur semalam. Yah, karena sudah juga melakukan aksi (begal) malam itu," ujar Gambang. 

Kanit Resmob Polda Sulselbar AKP Muh Yunus Saputra mengatakan Gambang selama ini berstatus daftar pencarian orang (DPO). Polisi kesulitan menciduk Gambang karena selama ini menutupi kedoknya dengan menjadi sopir rental.

"Dia (Gambang) itu tercatat 15 kali beraksi sejak tahun 2015-2016. Dan semua korbannya dia tebas pakai parang setelah kendaraannya dan barang berharga milik korban dirampas," ucap Yunus kepada Liputan6.com di Pos Resmob Polda Sulselbar, Rabu (27/4/2016).

2 dari 2 halaman

Sopir Mobil Rental

Aksi tersadis Gambang, kata Yunus, adalah saat ia membegal anak perempuan yang masih duduk di bangku SD. Dada bocah perempuan SD itu ditendang usai laptop miliknya dirampas Gambang. Ia juga nyaris disabet parang tapi selamat karena warga keburu memergoki aksi Gambang.

"Dia itu memang gembongnya dan sebagai bos dari komplotannya yang bernama Adiyaksa Kurang Tidur (AKT)," kata Yunus.

Gambang, sambung Yunus, ditangkap saat dibuntuti sedang membawa taksi rental milik seorang perwira polisi berpangkat komisaris polisi. Tim pemburu langsung menghadang Gambang di tengah jalan. Pemilik mobil yang dikemudikan gembong begal itu langsung datang ke lokasi penghadangan.

"Saat ditangkap, pemilik mobil juga datang dan tak tahu ternyata sopir yang dipercayakan untuk membawa taksi rentalnya tersebut seorang gembong begal," kata Yunus.

Tim Resmob mengembangkan kasus yang menimpa Gambang. Alhasil, beberapa nama rekan Gambang dalam beraksi juga ikut ditangkap tadi malam.

"Rekan Gambang masing masing Muh Arfandi alias Arfa (25), Saldy (18), Aco Chandra alias Aco (25) ditangkap di sebuah warkop sedang rapat koordinasi merencanakan kembali melakukan aksi begal tadi malam tapi keburu kita tangkap dan membawanya ke Pos Resmob Polda Sulselbar," ucap Yunus.

Kelompok Adiyaksa Kurang Tidur (AKT) yang dipimpin Gambang ini merupakan kelompok begal tersadis yang beraksi di wilayah Kecamatan Manggala, Panakukang, Mamajang, Rappocini dan Tamalanrea, Makassar.

"Keempatnya diserahkan ke Polsek Manggala karena laporannya yang terbanyak itu di Polsek Manggala. Lebih dari satu laporan," kata Yunus lagi.

Polisi kini mencari barang bukti senjata tajam berupa parang dan busur yang disembunyikan pelaku. "Sejak semalam rumahnya kami geledah tapi tak menemukan sajam tersebut," ucap Yunus.