Liputan6.com, Natuna - Sengketa klaim Laut China Selatan mengundang kehadiran kapal induk Amerika Serikat bernomor lambung 74 di sekitar perairan tersebut. Kapal tersebut sempat mendekati Perairan Natuna pada Selasa, 26 April 2016.
Kapal induk itu berjarak kurang lebih 5 mil laut dari FPSO Platform Premier Oil Natuna dan dikawal dengan kapal Tabir Fregat berjarak 1,3 mil laut dan helikopter berjenis Black Hawk. Selain itu, kapal induk milik Amerika itu dikawal pesawat fighter yang tidak sempat tertangkap kamera.
Komandan Pangkalan TNI AL Ranai, Kolonel Laut (P) Arif Badrudin membenarkan kehadiran kapal induk tersebut. "Kami kawal kapal tersebut dengan KRI-STS 376 dan KRI SRI-352," ujar Arif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu malam, 27 April 2016.
Baca Juga
Ia menyatakan kapal induk itu sedang melaksanakan misi Freedom of Navigation (FON) di Perairan Laut China Selatan. Menurut Arif, operasi tersebut bertujuan untuk mencegah klaim berlebihan dari negara pantai atas Perairan Laut China Selatan dengan cara berlayar di kawasan yang disengketakan sejumlah negara.
"TNI AL sendiri sudah melakukan koordinasi dan melakukan shadowing (pengawalan) terhadap Gugus Tugas tersebut dengan mengerahkan beberapa KRI, seperti KRI Sultan Thaha Syaifudin-376 dan KRI Slamet Riyadi-352," tutur Arif.
Arif mengaku tidak mengetahui durasi pelaksanaan misi tersebut. Namun, ia menyebut kapal induk tersebut bisa beroperasi sepanjang tahun tanpa harus merapat untuk mengisi ulang bahan bakar karena menggunakan pendorong nuklir.
Selain itu, ia menyebutkan jumlah personel kapal induk AS berkisar antara 2.000 - 2.500 orang awak dan penerbang. Jumlah tersebut di luar dari jumlah kapal tabir pengawal maupun kapal selam.
"Jika ditambah pasukan marinirnya, angka bisa mencapai maksimal 5.000 personel," ucap Arif.