Sukses

Korban Penyilet Misterius di Yogyakarta Alami Trauma

Polisi mengaku rekaman gambar CCTV kurang jelas menangkap wajah penyilet misterius yang serang tiga warga di Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebanyak dua orang dari tiga korban penyilet misterius di Yogyakarta masih terguncang akibat kekerasan yang dialaminya. Mereka memerlukan waktu cukup lama untuk mengatasi trauma sehingga membatasi diri menemui media yang hendak mengonfirmasi kejadian tersebut.

Korban NED, misalnya. Ia tidak bisa ditemui saat Liputan6.com bertandang ke kediamannya. Sementara, keluarga korban tidak bisa memberikan keterangan apapun terkait kejadian penyiletan yang dialami NED.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh K. Korban penyilet misterius yang tinggal di salah satu panti asuhan di Gedongkuning itu menolak ditemui karena ingin beristirahat. Sedangkan, pengasuh panti tidak bisa memberi keterangan dengan alasan sibuk.

Pembatasan kunjungan sebagai tindakan protektif itu dinilai wajar oleh sosiolog kriminal UGM, Suprapto. Namun, ia menyarankan agar psikolog dilibatkan dalam pendampingan para korban. Tujuannya agar mereka tidak larut dalam rasa takut.


"Dalam hitungan hari bisa (dikendalikan traumanya), kalau yang tidak (didampingi) itu lama. Saya pernah bantu sampai dua bulan. Saya kira sangat perlu pendampingan psikolog," ujar Suprapto, Rabu, 27 April 2016.

Kepala Pusat Studi Wanita UGM itu berharap kejadian seperti itu tidak terulang. Menurut dia, polisi semestinya memberikan rasa aman bagi warga dengan kehadirannya di tengah masyarakat. Atas kejadian tersebut, polisi perlu meningkatkan intensitas patroli.

"Karena peristiwa begitu cepat, tidak banyak saksi yang melihat. Masyarakat segera memberikan informasi apabila ada hal yang aneh dan janggal. Sistem kontrol keamanan perlu terus diperkuat," kata Suprapto.

Sketsa Wajah Penyilet

Di tempat berbeda, Kapolsek Kotagede Kompol Suparman mengatakan polisi terus berupaya mengetahui wajah pelaku secara detail. Beragam informasi dari saksi, korban dan CCTV di sekitar lokasi terus diteliti untuk bahan pembuatan sketsa wajah penyilet misterius itu.

"Nanti ada tim khusus (untuk membuat sketsa wajah) yang dibentuk pimpinan," kata Suparman di kantornya.

Suparman menjelaskan tim khusus itu merupakan gabungan dari anggota Polsek Kotagede, Polsek Umbulharjo, dan Polres Kota Yogyakarta. Menurut dia, tim khusus ini terus mengumpulkan data agar sketsa wajah pelaku cocok dengan keterangan saksi maupun korban.

"Yang berhak membuat (sketsa) tim itu. Entah nanti akan disebarkan atau tidak, ya tergantung kesepakatan," kata Suparman.

Suparman menambahkan pembuatan sketsa wajah pelaku ini berkaitan dengan penyidikan. Polisi hingga kini masih kesulitan menggambar sketsa wajah penyilet karena gambar rekaman CCTV yang buram.Namun, polisi memiliki bagian laboratorium forensik untuk menganalisa gambar pelaku.

"Jika semua sudah dikumpulkan dan sketsa jadi akan menjadi dasar menetapkan dan menangkap tersangka, setelah itu diproses," kata Suparman.

Sebelumnya, tiga perempuan di Yogyakarta menjadi korban penyiletan pada Senin, 25 April 2016. Mereka adalah NER (12), siswi salah satu SD Kotagede, K (16), siswa SMA yang disilet di Jalan Nyi Pembayun Kotagede sekitar pukul 12.45 WIB dan N (19) mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang disilet di Jalan Janturan, Umbulharjo.