Liputan6.com, Jakarta Bahasa ngapak masih memiliki banyak penutur. Salah satu rumpun bahasa Jawa ini jadi bahasa sehari-hari di sebagian daerah Jawa Tengah yang biasa disebut daerah ngapak seperti Tegal, Brebes, Purbalingga, Cilacap, Gombong, sampai Kebumen.
Bahasa ngapak terkenal dengan logat medhok yang khas. Dialek ngapak dipopulerkan oleh selebritas dari daerah ngapak semisal pelawak Parto, atau juga oleh para pelaku usaha kuliner warung Tegal yang tersebar di berbagai daerah.
Dialek ngapak bisa dikenali antara lain dari pengucapan akhir kata dengan tegas, terutama jika diakhiri dengan huruf 'k'. Dengan dialek ini, ujaran bahasa Indonesia pun bisa di-ngapak-kan, misalnya baris yang pernah populer, "Oke lah, kalau begitu."
"Konon bahasa ngapak lebih tua dibandingkan rumpun bahasa Jawa lainya. Bahasa ngapak lebih dekat dengan bahasa sansekerta yang banyak berakhiran 'a' bukan 'o'. Kalau bahasa Jawa lain kan banyak yang pake 'o'," kata Gunanto Eko, seorang pegiat bahasa ngapak di Purbalingga, dalam perbincangan via telepon, Kamis (28/4).
Dia mencatat beberapa kata, istilah, atau frasa bahasa ngapak sudah populer bahkan me-nasional. Istilah inyong misalnya, banyak yang paham bahwa itu pengganti kata saya dalam bahasa ngapak. Kebalikannya rika yang artinya kamu.
Baca Juga
Ada juga kencot, yakni lapar. "Sering banget dipakai," kata Gunanto. Setelah kencot, kegiatan yang dilakukan adalah badhog atau makan.
Di Purwokerto, kata dia, ada jalan dengan banyak tempat makan di sepanjang GOR Satria dinamakan Jalan Badhogan. Di Purbalingga, tepatnya di Kelurahan Bancar, ada pasar jualan jajanan dinamakan Pasar Badhog. "Sekarang malah diberi nama Bancar Badhog Center (BBC)," kata dia.
Istilah populer lain adalah kepriben artinya bagaimana. Biasa untuk pertanyaan semacam 'kepriben si Son?' artinya 'bagaimana sih, Bro?. Padanan kata kepriben itu kepriwe atau keprimen.
Ada juga dablongan artinya lawakan atau guyonan. Di media lokal Kabarebralink, ada rubrik Dablongan dengan bahasa ngapak. "Salah satu kegiatan kita nguri-uri bahasa ngapak adalah dengan membuat rubrik itu. Silahkan dibaca sambil ngakak," kata Gunanto yang menjadi pemimpin redaksi media tersebut.
Istilah ngapak lain yang biasa dipakai dalam pergaulan sehari-hari adalah cempulek, padanannya jebul. Istilah ini sering dipakai bersama owalah. "Owalah, cempulek jebul kaya kue rika?!" artinya owalah, ternyata seperti itu kamu?!," jelas Gunanto.
Untuk orang yang matanya jelalatan, penutur bahasa ngapak menyebutnya pecicilan. "Misalnya matamu aja mecicil' artinya matamu jangan jelalatan atau melotot," jelas Gunanto.
Tapi pecicilan bisa berarti grusa-grusu, sembarangan, padanannya penjorangaan alias sembarangan. Pecicilan dalam arti berperilaku ugal-ugalan padanannya pethakilan yang berarti nakal, banyak tingkah. Frasa ngapak yang juga banyak dipakai adalah babar pisan atau babar blas, artinya sama sekali.
Nah, Gunanto menambahkan, budaya ngapak juga menggenggam nilai dan norma, termasuk nilai norma kepantasan. Jika ada orang yang berperilaku melanggar nilai dan norma, ada baris teguran atau peringatan yang terdengar akrab, aja kaya kue, jangan seperti itu.