Liputan6.com, Medan - Pembunuhan jurnalis bernama Julfan oleh perompak di perairan Belawan Ujung, menimbulkan reaksi dari para wartawan di Kota Medan, Sumatera Utara. Puluhan jurnalis yang tergabung dalam Forum Jurnalis Kota Medan pun turun ke jalan.
Mereka mendesak aparat penegak hukum di Sumatera Utara mengusut tuntas kasus perompakan yang dialami juru kamera Salam TV Tersebut. Para jurnalis mengusung sejumlah atribut bertuliskan 'Save Journalist' serta beberapa foto Julfan semasa hidupnya.
Puluhan jurnalis itu menggelar aksi di Jalan Sudirman, Kota Medan. Selanjutnya, mereka menuju rumah dinas Dan Lantamal I Belawan, Jalan Sudirman dan kediaman dinas Kapolda Sumut.
Koordinator aksi Ahmad Zulfikar Sagala mengatakan, perompakan yang menimpa Julfan merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap jurnalis. Sebab, Julfan meninggal dunia saat menjalankan tugasnya.
"Kita mendesak Polda Sumut, Dit Pol Air dan Lantamal Belawan menangkap pelaku yang menewaskan rekan kami, Julfan saat menjalankan tugasnya," ucap Zulfikar di lokasi unjuk rasa, Kamis (28/4/2016).
Baca Juga
Zulfikar menjelaskan, saat menjalankan tugas, setiap jurnalis dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1990 tentang Pers. Namun, tetap masih ada saja korban tindakan kekerasan terhadap jurnalis, seperti yang dialami Julfan.
"Ini merupakan aksi solidaritas kita terhadap sesama jurnalis, kita harap tidak ada lagi kejadian-kejadian seperti ini kepada jurnalis," ujar Zulfikar.
Kronologi Perompakan
Julfan tewas saat dirompak oleh dua orang di perairan Belawan pada Rabu petang, 27 April 2016. Saat itu, Julfan dirampok bersama tiga rekannya, Fadlan, Safaruddin dan Ustaz Abu Umail dengan menumpang kapal nelayan Al Izah milik Andi.
Advertisement
Rekan Julfan, Fadlan yang selamat dalam insiden itu mengatakan, usai melakukan pengambilan gambar untuk kepentingan program Tausyiah Ramadan, mereka hendak kembali ke darat. Namun, dalam perjalanan kapal didatangi oleh sebuah perahu kayu dengan 2 orang awak. Lalu 2 orang tersebut meminta minum kepada kru Salam TV.
Lalu, Fadlan memberikan minuman berjumlah 2 botol kepada 2 orang tersebut. Namun, tiba-tiba seorang pelaku menarik tas yang berisi 2 kamera dan perangkat lainnya senilai Rp 150 juta.
"Dua orang pelakunya. Usai ditariknya tas kami, Andi dan bang Julfan lompat ke perahu pelaku untuk mengambil tas. Kami sempat berkelahi, dan saya mau ditusuk parang oleh pelaku, saya dan seorang pelaku terjatuh ke laut. Tiba-tiba perahu kami mati. Mereka naik perahu kecil, namun mesinnya lebih bagus," tutur Fadlan.
Saat itu, Fadlan menambahkan, ia melihat Andi dipukul di bagian badan menggunakan rantai oleh pelaku yang ada di atas kapal perompak. Andi lalu terjatuh ke laut. Sedangkan Julfan dipukul pakai balok kayu di bagian kepala.
"Julfan juga jatuh ke laut, lalu mereka kabur. Seingat saya, yang lari itu hanya satu orang di atas perahu. Setelah mereka kabur, saya menyelamatkan diri dengan berenang menuju perahu yang mereka tumpangi. Saya lihat Andi mencoba menyelamatkan Julfan. Kondisi saat itu Julfan pingsan," Fadlan menjelaskan.
Setelah memakan waktu cukup lama, perahu yang mereka tumpangi akhirnya sampai ke lokasi Julfan dan Andi. Julfan tidak sadarkan diri dan Andi juga terluka. Namun tubuh Julfan sulit diangkat ke perahu.
"Awalnya ada nelayan lewat, tapi tidak mau menolong kami. Lalu ada nelayan yang dekat datang dan membantu mengangkat Julfan. Saat diangkat kami baru sadar kalau Julfan sudah tidak ada. Mulutnya bukan keluar air lagi, tapi sudah keluar buih," sebut Fadlan, mengenang perompakan yang dialami mereka.