Liputan6.com, Bengkulu - Tim gabungan pencarian korban longsor di lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau Geothermal, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Bengkulu, dihentikan pada Kamis malam ini lantaran terhadang cuaca buruk.
Tim yang terdiri atas Basarnas, BPBD, TNI dan Polri malam ini harus turun dari lokasi pencarian dan beristirahat di Kecamatan Muara Aman karena tidak memungkinkan untuk dilakukan pencarian. Lokasi longsor yang saat ini diguyur hujan dan kondisi angin yang kencang, memaksa mereka meninggalkan lokasi dan akan kembali besok pagi pukul 06.00 WIB.
Kepala Tim Evakuasi Basarnas Febrianda mengatakan, jika dipaksakan untuk melakukan pencarian pada malam ini, risikonya sangat besar. Selain cuaca buruk, saat ini lokasi sudah digenangi air akibat jebolnya bendungan di Cluster A milik PT Pertamina Geothermal Energi (PGE).
"Medannya berat, material longsor tidak hanya lumpur, tetapi banyak batu berukuran besar yang menimbun titik yang diperkirakan lokasi para korban tertimbun," ujar Febri saat dihubungi di Bengkulu, Kamis (28/4/2016).
Baca Juga
Baca Juga
Pencarian akan dilanjutkan besok pagi. Untuk itu bakal diterjunkan sebanyak 6 alat berat jenis ekskavator milik PT PGE yang saat ini sudah stand by di lokasi. Kedalaman material longsor, menurut Febri mencapai 10 meter, sedangkan luas lokasi material mencapai 20 meter.
Fokus pencarian besok adalah menemukan 4 orang korban yang masih tertimbun atas nama Sarnobi, Bito, Deki dan Putra Doris. Keempatnya adalah warga Tubei Kabupaten Lebong.
Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan malam ini terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di Kabupaten Lebong dengan kelembaban 63 hingga 94 persen. Kecepatan angin mencapai 12 kilometer per jam dengan arah angin menuju barat daya.
Kondisi cuaca besok diperkirakan akan cerah berawan dengan suhu sebesar 19 hingga 31 derajat Celsius dengan kecepatan angin sama, yaitu 12 kilometer per jam.
"Semoga besok tidak ada kendala dan dan operasi pencarian berjalan lancar," ujar Febrianda.
Advertisement
Penjelasan Pertamina Geothermal Energi
Longsor sebelumnya menerjang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Hululais Bengkulu yang dioperatori PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Akibat bencana tersebut satu orang pekerja meninggal dunia.
Corporate Secretary PT Pertamina Geothermal Energy‎ Tafif Azimudin‎ mengungkapkan, bencana longsor yang berlangsung Kamis dini hari tadi sekitar pukul 04.30 WIB telah menyebabkan tertimbunnya lokasi Cluster A Project Hululais yang terdapat aset-aset produksi PT Pertamina Geothermal Energy.
"Longsoran tersebut berasal dari Bukit Beriti Besar/Gedong Hululais yang berjarak sekitar 2,5 km dari lokasi Cluster A,"‎ kata Tafif dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Saat kejadian tersebut, menurut Tafif, beberapa pekerja mitra PGE sedang bertugas melakukan monitoring sumur dan pengawasan water pump station (WPS) yang digunakan untuk suplai air bagi operasi pemboran yang di lokasi cluster lain (cluster Q).
Informasi dari lapangan dilaporkan bahwa curah hujan yang cukup tinggi selama sepekan terakhir di wilayah Lebong-Bengkulu. Bahkan, malam sebelum terjadi longsor, hujan juga turun dengan lebat disertai angin kencang mulai pukul 18.00 hingga 22.30 WIB.
Akibat bencana alam ini, satu pekerja telah ditemukan meninggal dunia akibat tertimbun tanah. Sedangkan 4 orang mengalami luka berat dan 4 orang sampai saat ini belum ditemukan.
PT Pertamina Geothermal Energy dengan dibantu aparat terkait saat ini sedang berupaya membuka akses ke lokasi timbunan longsoran untuk mencari dan evakuasi korban yang belum ditemukan serta membersihkan tanah longsoran.
"Saat ini korban luka dan meninggal sudah dibawa ke RS untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," ujar Tafif.
Adapun lokasi Proyek Hululais terletak di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu yang berjarak sekitar 180 kilometer dari Kota Bengkulu. Melalui Proyek Hululais, PGE diharap mampu menyumbang listrik sebesar 1 x 55 MW pada Januari 2018 dan tambahan 1 x 55 MW pada Desember 2019.
Advertisement