Sukses

Polisi Gandeng TNI Usut Ribuan Amunisi Milik Pensiunan Polisi

Penyidik berkoordinasi dengan Kodam II Sriwijaya dan melaporkan kasus secara berjenjang ke Polda Metro Jaya untuk mengusut pemasok amunisi.

Liputan6.com, Palembang - Penyelidikan pensiunan polisi pemilik ribuan butir amunisi berlanjut. Sejauh ini, tersangka yang berpangkat terakhir Ajun Komisaris Besar itu memilih bungkam hingga menyulitkan polisi memperoleh keterangan.

Untuk itu, polisi mencari jalan lain untuk mendalami pemasok ribuan amunisi dan dua pucuk pistol otomatis milik BS yang kini diamankan di Mapolresta Palembang. Penyidik sudah berkoordinasi dengan Kodam II Sriwijaya dan melaporkan kasus secara berjenjang ke Polda Metro Jaya untuk mengusut pemasok amunisi tersebut.

"Kami berkoordinasi dengan Kodam II Sriwijaya. Kodam ingin melihat seperti apa jenis senpi (senjata api) dan amunisi yang diamankan," kata Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Maruly Pardede, Kamis, 28 April 2016.


Polisi juga mengontak provider atau penyedia layanan telepon untuk mengungkap rekaman pembicaraan terakhir yang dilakukan BS.

"Kami sudah komunikasikan dengan salah satu provider secara resmi. Mungkin beberapa waktu ke depan akan keluar hasilnya," kata Maruly.

Meski begitu, Maruly menolak membenarkan isu tersebut, termasuk informasi lain yang menyebut BS sebagai pemasok amunisi bagi pegiat olahraga menembak dan berburu di tempat tinggalnya di Jambi.

"Itulah yang sulit diungkap. Tersangkanya tidak mau terbuka. Dia tidak mau jawab ditanya beli sama siapa dan jual kepada siapa," ujar Maruly.

Ia menyatakan sikap bungkam pensiunan polisi itu didasarkan pemahaman tersangka atas metode interogasi. Kini, Satreskrim Polresta Palembang berkoordinasi dengan tim Labfor Mabes Polri Cabang Palembang untuk menguji sampel amunisi dan senpi yang menjadi barang bukti.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, ribuan amunisi itu ditempatkan dalam kotak amunisi bertuliskan PT Pindad. "Sampel dari masing-masing kotak peluru juga telah diambil akan diuji apakah benar sesuai pabrik dan layak digunakan, serta (amunisi) memiliki daya ledak. Di samping itu, kita upayakan metode lain untuk ungkap kasus ini," ujar Maruly.