Liputan6.com, Pekanbaru - Dua warga Dumai, Ovan dan Dede ditangkap Satgas Operasi Tinombala. Mereka hendak bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
Keduanya ditangkap karena janji kelompok Santoso untuk menjemputnya di Poso tidak ditepati. Keduanya bahkan sempat kelaparan karena bekal yang dikirim oleh jaringan Santoso habis begitu sampai di Poso.
Direktur Intelijen dan Keamanan Polda Riau Kombes Djati Wiyoto membenarkan adanya warga Dumai, Riau yang ditangkap karena ingin bergabung dengan kelompok teroris Poso pimpinan Santoso.
"Namanya Ovan Fadlan dan Dede Suwaryadi. Mereka ini belum sempat bergabung, tapi sudah sampai di Poso dan tertangkap oleh Satgas Tinombala," ucap Djati di Mapolda Riau di Kota Pekanbaru, Senin (2/5/2016).
Baca Juga
Djati menyebutkan, yang pertama berangkat dari Dumai menuju Poso adalah Ovan pada Minggu 1 Mei 2016. Disusul Dede dengan waktu yang berbeda, tapi harinya sama.
Menurut Djati, Ovan diduga merekrut Dede untuk gabung dengan kelompok Santoso. Hal ini berdasarkan keterangan dari keluarga Dede yang sudah melapor ke sebuah polsek di Kota Dumai. Mereka menyebut Dede menghilang.
"Setelah mendapat laporan, kita telusuri dan ditanya kepada keluarganya tentang siapa saja teman Dede ini. Dari pihak keluarga menyebut bahwa Dede bergaul dengan Ovan. Sejak berteman dengan Ovan inilah sikap Dede berubah," tutur Djati.
Kabar tertangkapnya Ovan terlebih dahulu membuat pihak kepolisian semakin yakin bahwa hilangnya Dede ada kaitannya dengan Ovan. "Setelah dicek, ternyata benar keduanya tertangkap," kata Djati.
Advertisement
Kehabisan Perbekalan
Berdasarkan pemeriksaan Polri di Poso, Dede begitu tiba tidak langsung dijemput oleh kelompok Santoso seperti janji awal. Menurut Djati, Dede bahkan mengaku kelaparan karena kehabisan perbekalan.
"Selama di Poso dia hanya dihubungi melalui telepon oleh orang suruhan Santoso. Karena kelaparan, Dede kemudian dikirim uang oleh orang suruhan Santoso dua kali. Pertama Rp 1 juta, kedua Rp 500 ribu," ujar Djati.
Sejauh ini, menurut Djati, kedua orang tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif. Terutama, mendalami siapa saja yang direkrut dan adakah jaringan teroris Poso pimpinan Santoso di Riau.
Masyarakat diimbau berhati-hati lantaran jaringan teroris Poso merekrut anggota baru melalui media sosial. "Ini perlu diwaspadai, kita harus bijak dan hati-hati dalam menggunakan media sosial dan internet. Karena jaringan ini menerapkan pola perekrutan yang demikian," Djati memungkasi.