Sukses

Ayah Pembanting Anak di Makassar Berburu Batu Mustika Lipan

Ayah pembanting anak mengaku sudah memiliki banyak mustika dan telah menyatu ke tubuhnya.

Liputan6.com, Makassar - Tim reaksi cepat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan banyak kelainan yang dialami Jamaluddin (34) pelaku pembunuh anak kandungnya sendiri, Alib (6) di Makassar.

Salah satunya, Jamaluddin mengakui sering mencari batu akik bertuah. Bahkan dirinya terobsesi untuk mencari lebih banyak batu akik secara gaib.

"Sudah banyak saya dapat dengan cara gaib. Terakhir saya mau cari batu mustika lipan," kata Jamaluddin kepada Liputan6.com saat diwawancarai  di balik jeruji Mapolsek Tamalanrea, Makassar, Jumat (6/5/2016).

Bau Lipan itu, menurut dia, ada di Bukit Bulu-Bulu yang kebetulan berada di belakang rumahnya. "Batunya dijaga sama ular besar itulah kenapa sampai saya beberapa kali
ini datang ke bukit Bulu-Bulu yang berada di belakang rumah," katanya. 

Jamaluddin mengakui selama ini sudah memiliki banyak mustika dan telah menyatu ke tubuhnya. Dia mengklaim semuanya itu didapat dari bisikan gaib setelah melalui prosesi tafakur.

"Ada mustika penarik daya tarik agar disukai wanita serta ada juga yang dapat membuat dirinya hebat tak ada takut. Tapi semuanya ada dalam tubuh saya nanti dapat digunakan kalau saya bertafakur," ucap Jamaluddin.

Namun ia menampik jika dikatakan sering membawa anaknya, Alib, jika hendak bersemedi atau bertapa di sebuah bukit yang ada di belakang rumahnya tersebut.

"Itu gosip saja pak, saya kalau pergi begitu hanya sendirian biar fokus tidak ada yang ganggu," kata Jamaluddin.

Mengenai alasan ia membunuh anaknya, Alib, Jamaluddin mengaku sama sekali tidak tahu karena saat itu dirinya sedang dimasuki oleh roh gaib.

"Saya tidak mengerti juga kenapa bisa begitu, kayak ada gaib yang kuasai saya," kata dia.


Suka Berhalusinasi

Tim reaksi cepat KPAI juga menemukan kelainan-kelainan Jamaluddin. "Pelaku selalu berhalusinasi jadi komunikasi agak sulit," kata Naumi Laosa dari Tim Reaksi Cepat KPAI usai menemui Jamaluddin di Mapolsek Tamalanrea, Makassar, Jumat (6/5/2016).

Saat berbincang 4 mata dengan pelaku di ruang tertutup ‎Mapolsek Tamalanrea, kata Naumi, pelaku selalu berbicara yang tidak jelas dan komunikasi sulit tersambung.

"Itu tadi pikirannya sudah kacau alias tak normal lagi, dia diselimuti halusinasi," kata Naumi.

Hingga saat ini, penyidik Reskrim Polsek Tamalanrea masih kewalahan mengungkap motif dibalik kasus ayah banting anak kandung hingga tewas tersebut.

"Kita kesulitan karena ada beberapa faktor pertama pelaku punya riwayat gangguan kejiwaan, dia selalu mengaku sering lihat setan dan barang halus lainnya," ucap Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol. Frans Barung Mangera.

Karena itu, lanjut Frans, pihaknya secepatnya menggandeng tim Inafis dan Forensik Mabes Polri guna menyelidiki faktor kejiwaan yang dimiliki pelaku.

Dari data yang dihimpun Liputan6.com diduga pelaku menghabisi nyawa korban dengan menghantam balok ke kepala korban setelah tersungkur jatuh. Kepala korban lalu kembali dihantam menggunakan tabung gas elpiji 3 kg.

Selanjutnya pelaku menarik mayat korban dan memasukkannya ke rumah adiknya, Anjas yang berada di belakang rumah pelaku dan dalam keadaan kosong. Di rumah itu, korban ditaruh di atas ranjang tidur kemudian ditutupi selimut.