Liputan6.com, Timika - Warga Kwamki Lama, Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menyatakan komitmen mereka untuk tidak mau lagi terlibat dalam konflik perang suku.
"Kami mau hidup aman dan damai tanpa konflik. Kami mau pemerintah membangun daerah kami," ujar salah satu tokoh masyarakat Kwamki Lama Aser di Timika, dikutip Antara, Selasa (10/5/2016).
Pada Senin 9 Mei 2016, situasi keamanan di Kwamki Lama sempat memanas lantaran dipicu kematian Fery Kiwak di Rumah Sakit Cikini, Jakarta pada Sabtu 7 Mei 2016. Dia berobat lama karena terkena anak panah saat konflik di Kwamki Lama pada 2013. Atas keputusan keluarga, jenazah Fery Kiwak akhirnya dibakar pada Senin, 9 Mei 2016.
Keluarga korban juga menyatakan tidak akan memperpanjang persoalan kematian Fery Kiwak kepada keluarga Atimus Komangal selaku panglima perang di Kwamki Lama pada konflik antarsuku 2013.
Baca Juga
Prosesi adat pembakaran jenazah Fery Kiwak dihadiri sejumlah anggota DPRD Mimika, di antaranya Saleh Alhamid, Yohanis Kibak, Markus Timang, Thadeus Kwalik, Yulius Kum, Eliezer Ohee, Anthonius Kemong, Den B Hagabal, Atimus Komangal, Mathius Yanengga, dan Yelinus Mom.
Anggota DPRD Mimika Markus Timang mengapresiasi komitmen warga Kwamki Lama untuk tidak lagi terlibat dalam konflik. Ia berharap Pemkab Mimika serius untuk membangun wilayah Kwamki Lama agar warga di wilayah itu tidak terus terlibat dalam pertikaian antarsuku sebagaimana yang terjadi selama ini.
Anggota DPRD Mimika lainnya, Thadeus Kwalik menyoroti tidak maksimalnya sekolah-sekolah di Kwamki Lama. Beberapa sekolah di wilayah itu, katanya, sebagian tidak aktif sehingga anak-anak sekolah tidak mendapat pelajaran sebagaimana mestinya.