Sukses

Purwakarta Ubah Daerah Prostitusi Jadi Tempat Wisata

Pemkab Purwakarta membongkar bangunan-bangunan liar dan ditata ulang sebagai tempat wisata.

Liputan6.com, Purwakarta - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, akan menyediakan kios gratis untuk berjualan makanan dan jajanan khas daerah itu di sepanjang jalan raya/Kecamatan Bungursari. Daerah itu akan disulap menjadi tempat wisata.

Sebelumnya di sepanjang jalan raya Bungursari, Desa Cibungur, Kecamatan Bungursari, banyak bangunan liar. Pemerintah Kabupaten Purwakarta kini mulai menertibkan bangunan liar tersebut, untuk selanjutnya dilakukan penataan ulang.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan akan memprioritaskan para penjual makanan dan jajanan khas daerah Purwakarta dengan membangun kios bertema lingkungan yang diberikan kepada pedagang secara gratis.

"Para pedagang akan dapat kios gratis. Kita tata ulang dengan format bangunan khas Sunda. Jadi nanti warung makanan dan jajanan khas Purwakarta itu tidak boleh pakai genteng atau asbes, tapi harus pakai ijuk, untuk memberikan kesan teduh," kata Dedi di Purwakarta, Selasa, 10 Mei 2016.

Pemkab Purwakarta sendiri telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 5 miliar untuk pembangunan kios gratis makanan dan jajanan khas Purwakarta, beserta pembangunan taman di jalan raya Bungursari.

Bupati menyatakan, penertiban puluhan bangunan liar di jalan raya Bungursari itu bagian dari upaya Pemkab mengembalikan kawasan tersebut sesuai fungsinya, yakni jalur wana wisata. Bahkan, kawasan di jalan raya Bungursari itu akan dibangun rest area.

Puluhan bangunan liar yang dibongkar tersebut berada di atas lahan milik Perhutani. Di daerah itu terdapat sekitar 17 hektare lahan yang di atasnya terdapat bangunan liar.

"Lahan aset milik Perhutani di daerah sekitar Bungursari itu sangat luas. Jadi banyak yang dipakai bangunan liar," kata dia.

Ia menyatakan, pembongkaran ini semata dilakukan untuk memenuhi unsur estetika hutan. Ia menilai unsur estetika harus senantiasa diupayakan sembari menjaga aset negara berupa hutan yang dikelola Perhutani.

Unsur estetika bukan satu-satunya alasan pembongkaran bangunan liar. Pada medio April 2016, Dedi mengaku sering menerima laporan warga terkait penyalahgunaan bangunan liar yang difungsikan sebagai tempat prostitusi terselubung dan peredaran narkoba.

Dedi mengaku membongkar bangunan liar sebagai respon terhadap keluhan masyarakatnya. "Awalnya keluhan warga. Lalu saya kirim orang untuk mengecek, dan ternyata benar kalau bangunan liar itu difungsikan untuk prostitusi dan peredaran narkoba," kata Dedi.