Sukses

Genjer-genjer, Tembang Terlarang yang Bikin Penasaran

Lirik parodi yang dibuat mahasiswa pasca-peristiwa 1965 membuat kuping penguasa saat itu memerah.

Liputan6.com, Semarang - Beberapa waktu lalu, para personel band Mesin Sampink digiring ke kantor polisi saat memainkan lagu Genjer-genjer. Setelah kasus terjadi, polisi mengetatkan izin penyelenggaraan konser di wilayah Mojokerto, Jawa Timur.

Setelah itu, banyak yang penasaran dengan asal mula lagu yang identik dengan PKI. Berdasarkan informasi yang dihimpun, inspirasi lagu buatan seniman Banyuwangi itu berasal dari genjer.

Gulma air itu menyelamatkan pasangan Sayekti dan Muhammad Arif dari kelaparan saat pendudukan Jepang pada 1943. Sang istri, Sayekti, memasak tanaman rawa itu saat makanan sulit didapat.

"Ketika itu memasaknya hanya direbus saja. Kemudian dimakan dengan sambal bawang," kata budayawan Banyuwangi, Fatrah Abbal, beberapa waktu lalu, kepada Liputan6.com.

Dari situlah, Muhammad Arif mendapat ide dan menggubah sebuah komposisi notasi. Lagu yang dihasilkan kemudian diberi judul Genjer-Genjer. Menilik liriknya, lagu itu hanya bercerita tentang proses Sayekti menemukan genjer sebagai bahan pangan.


Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
 
Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih

Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
 
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
 
Ema'e jebeng podo tuku gowo welasar
Genjer-genjer saiki wis arep diolah

Secara bebas, lirik lagu berbahasa Jawa Banyuwangi ini bisa diterjemahkan sebagai berikut.

Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
 
Ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
 
Dapat sebakul dipilih yang muda-muda
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang

Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
 
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
 
Emaknya jebeng beli genjer dimasukkan dalam tas
Genjer-genjer sekarang akan dimasak

Notasi yang sederhana cenderung melankolis itu kemudian menjadi sebuah lagu dahsyat, terutama setelah dinyanyikan Bing Slamet dan Lilis Suryani. Lirik lagu itu kemudian diparodikan oleh para mahasiswa yang berunjuk rasa pasca-peristiwa 1965.

"Sejak itu, lagu ini menyandang stigma sebagai lagunya PKI," kata sejarawan Semarang, Djawahir Muhammad, kepada Liputan6.com, Rabu (11/5/2016).

2 dari 2 halaman

Diplesetkan Mahasiswa

 

Sebagai produk kebudayaan, sejatinya lagu "Genjer-Genjer" tak menawarkan perlawanan apa pun. lagu itu justru bercerita tentang keadaan rakyat. Lalu seperti apa plesetan atau parodi lagu ini, sehingga menjadi dendang terlarang? Inilah lirik lagu yang membuat pemerintah meradang.

Jendral Jendral Nyang ibu kota pating keleler
Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral
Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh
Jendral Jendral saiki wes dicekeli

Jendral Jendral isuk-isuk pada disiksa
Dijejer ditaleni dan dipelosoro
Emake Gerwani, teko kabeh milu ngersoyo
Jendral Jendral maju terus dipateni

Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini:

Jenderal-jenderal di ibu kota berserakan
Ibu-ibu gerwani berdatangan menculik mereka
Mendapat satu truk, langsung disikat yang tolah-toleh
Jenderal-jenderal sekarang sudah ditangkapi

Jenderal-jenderal pagi-pagi sudah disiksa
Dibariskan, diikat dan disiksa
Ibu-ibu gerwani datang semua ikut menyiksa
Jenderal-jenderal itu maju, lalu dibunuh

Menurut Djawahir, plesetan atau parodi lagu itu tak beda dengan partai politik saat ini.

"Kalau mau jujur, itu kan mirip dengan gaya parpol sekarang yang menggubah lirik lagu pop untuk kepentingan kampanye mereka," kata Djawahir.

Lalu bagaimana nasib seniman pencipta lagu "Genjer-Genjer" ini?

Ketika terjadi aksi "pembersihan" terhadap komunis pada kurun 1966-1967 di Indonesia, Muhammad Arief akhirnya ditangkap dan dibunuh. Tuduhannya jelas terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI, Lekra.

Berakhirnya Orde Baru pada 1998 membuka harapan rekonsiliasi. Salah satunya dengan menghilangkan larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal. Lagu "Genjer-genjer" juga mulai beredar secara bebas melalui internet.

"Kini, publik dikejutkan dengan penangkapan dan pemeriksaan musikus di Mojokerto karena menyanyikan lagu itu," kata Djawahir.

Meski akhirnya dibebaskan, kelima personel band Mesin Sampink dikenai wajib lapor oleh Polres Kota Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kelima personel band dan seorang perwakilan event organizer (EO) tidak ditemui unsur kesengajaan atau upaya penyebaran ajaran komunis dari personel band itu.

Video Terkini