Liputan6.com, Jembrana - Rumah kakek Sudiawasa, warga lingkungan Ketapang Lampu, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali dibongkar warga.‎ Bukan tanpa alasan warga merobohkan bangunan rumah milik pria 63 tahun itu.
Hal tersebut terpaksa dilakukan warga untuk menyelamatkan bangunan dan isinya dari gerusan abrasi.‎ Sejak dua hari ini gelombang pasang terus menggerus tanah daratan sejauh 10 meter dari bibir pantai.
Sebelumnya, rumah Sudiawasa juga pernah diterjang abrasi. Sekitar 2011 lalu, rumahnya bahkan hanyut digerus abrasi sehingga dia harus pindah.
Baca Juga
Saat itu Bupati I Gede Winasa memberikan tanah kepada warga yang rumahnya tergerus abrasi. Maka Sudiawasa pun mendirikan bangunan rumah di atas tanah milik Dinas Perhubungan Bali yang dipinjamkan kepada warga untuk membangun rumah sementara.
"Saya bersama sepuluh warga yang rumahnya hanyut saat itu lalu menempati tanah ini. Tetapi tidak bertahan lama karena abrasi terus terjadi menyebabkan rumah kami hanyut lagi sekitar tahun 2014 lalu," kata sang kakek saat ditemui di tempat tinggalnya, Jembrana, Bali pada Rabu Sore 11 Mei 2016.
"Kami kemudian pindah ke lokasi sekarang, masih di tanah milik Perhubungan Laut," sambung dia.
Menurut si kakek, gelombang pasang air laut akan mencapai puncaknya pada esok hari, karena bertepatan dengan bulan purnama. ‎
"Saya takut rumah saya hanyut sehingga memilih membongkar lebih awal. Sepuluh rumah lainnya juga terancam abrasi sehingga membuat warga cemas. Kalau tidak segera dibangun pengaman pantai, seluruh rumah ini akan amblas," ucap Sudiawasa.
Sementara itu, pasca-pembongkaran rumah itu, si kakek bersama istri, anak, dan mertuanya saat ini harus menumpang di rumah tetangganya yang berlokasi agak jauh dari pantai.
Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan berusaha membangun kembali rumahnya. Meski Sudiawasa belum tahu di mana rumah barunya harus dibangun. Ia berharap segera menemukan tempat aman dari abrasi.
Advertisement