Sukses

20 KK Bertahan di Atas Tanah Bergerak di Pucanganak

Dari 25 KK yang tinggal di atas tanah bergerak di Pucanganak, Trenggalek, hanya lima yang mau direlokasi.

Liputan6.com, Trenggalek - Tanah terus bergerak di kawasan pemukiman Desa Pucanganak, Kecamatan Tugu, Trenggalek, Jawa Timur. Untuk itu, pemerintah setempat mengundang tim peneliti dari Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meneliti ulang fenomena alam itu.

"Surat-suratnya (undangan) sudah dibuat dan saat ini proses pengiriman. Kami perlu rekomendasi teknis terbaru untuk mengetahui struktur tanah di daerah itu agar bisa menentukan langkah penanganan lanjutan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek Joko Rusianto di Trenggalek, dilansir Antara, Sabtu (14/5/2016).

Joko tidak memastikan jadwal kedatangan tim teknis dari Fakultas Geologi UGM tiba di Trenggalek. Ia mengatakan laporan perkembangan situasi, peristiwa yang terjadi serta kondisi pergerakan tanah saat ini rutin dilaporkan ke tim peneliti di UGM.

"Perkembangan laporan itu yang akan dianalisa oleh tim, dan kondisi terakhir yang akan menjadi acuan digelarnya penelitian lanjutan," ujar dia.


Kasus tanah bergerak di Dusun Sumber, Desa Pucanganak sebagai peristiwa langka. Sesuai analisis teknis tim peneliti UGM, lanjut Joko, kasus tanah bergerak Desa Pucanganak adalah satu dari delapan kejadian sejenis yang terjadi di seluruh Indonesia.

Kesimpulan sementara berdasar penelitian sebelumnya, kata dia, di area lokasi tanah bergerak Desa Pucanganak seluas kurang lebih lima hektare yang dihuni 25 kepala keluarga (KK) itu diduga terdapat danau atau sungai bawah tanah yang menyebabkan struktur daratan labil.

"Yang pasti tanah di kawasan itu tidak bisa dibangun apa pun karena berdasar kajian teknis pergerakan tanah terus terjadi selama bertahun-tahun," ucap Joko.

Kendati tanah aktif dan rawan longsor, menurut Joko, BPBD tidak bisa memaksa warga untuk pindah ke permukiman lain yang lebih aman.

Dari 25 KK yang terdata menempati rumah/bangunan permanen di area tanah bergerak itu, kata Joko, baru lima KK yang sudah berhasil direlokasi. Sementara, 20 KK sisanya masih bertahan.

"BPBD dalam hal ini hanya bisa melakukan sosialisasi serta membuat jalur evakuasi jika sewaktu-waktu longsor atau pergerakan tanah lanjutan kembali terjadi," kata Joko.

Ia memastikan kesadaran warga yang bertahan di lahan rawan bencana tersebut sudah cukup tinggi karena selain telah diberi pemahaman dari hasil kajian tim peneliti UGM, di beberapa titik tanah yang diidentifikasi terus terjadi pergerakan dipasangi alat pendeteksi dini tanah bergerak (landslide early warning system).