Sukses

Curug-curug Indah Pelepas Galau di Banyumas

Curug-curug indah di Banyumas itu terbentuk karena ada sabuk Gunung Slamet dan Sungai Serayu.

Liputan6.com, Purwokerto - Bagi penyuka wisata alam, Anda patut datang ke Banyumas, Jawa Tengah. Kabupaten yang terkenal dengan logat bicara yang khas itu memiliki ratusan air terjun yang menakjubkan. Warga setempat menyebut air terjun sebagai curug.

Selain Cipendok yang terkenal dengan Legenda Dewi Intannya, ada beberapa curug lain yang cukup terkenal dan dijadikan objek wisata. Di antaranya yakni Curug Ceheng, Gede, Gumawang, Ciangin, Belot, Pete, Naga, Bayan, dan Curug Penganten.

Dinamai Curug Pete karena di sekeliling curug banyak pohon petai. Sedangkan, nama Curug Naga didapat dari bentuknya seperti naga. Sementara, Curug Penganten atau Pengantin dinamai karena curug itu mempunyai dua air terjun yang kembar. Tinggi air terjun sama, lebarnya sama, dan debit airnya pun hampir sama.

"Untuk mencapai Curug Penganten, dibutuhkan perjuangan keras. Letaknya yang sangat tersembunyi, masih di dalam hutan alamai yang jarang dikunjungi manusia," kata aktivis lingkungan Komunitas Peduli Slamet, Dani Armanto, Selasa, 17 Mei 2016.

Untuk mencapai Curug Penganten, harus menembus sungai yang mengalir melalui gua yang sempit dan gelap. Belum lagi binatang melata seperti ular yang banyak dijumpai di sekitar sungai.

Dani menyebutkan di sabuk Slamet banyak terdapat curug yang masih perawan. Curug bisa dijadikan indikator lingkungan, apakah daerah sekitarnya merupakan daerah tangkapan yang baik atau sudah rusak.

Bagi pecinta alam di wilayah Purwokerto dan Banyumas, air terjun sering dijadikan target sebagai bagian dari latihan navigasi gunung hutan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca peta topografi. Kemudian, secara bersama-sama mencari titik koordinat yang dicurigai sebagai air terjun.

Sebuah air terjun akan terlihat di peta topografi ketika ada kontur-kontur berbentuk V yang rapat dan ada garis putusnya. Kontur V adalah punggungan dan garis putus adalah sungai.

"Kalau ada punggungan dengan panjang 100 meter, lalu ada daerah curam dengan tinggi 50 meter, biasanya itu curug," kata penggiat lingkungan dan pecinta alam Purwokerto, Prastowo Harso Utomo.

Curug Gumawang buruan wisatawan di Banyumas. (Liputan6.com/Aris Andrianto

Prastowo menyatakan menjadi kelaziman bagi pecinta alam, khususnya yang sering bermain di sabuk Gunung Slamet, mencari air terjun yang masih perawan. Ia bersama rekan sesama pecinta alam seringkali menemukan curug atau air terjun yang cukup jauh masuk ke hutan.

"Saya yakin, pemerintah pun belum pernah melakukan survei sampai daerah itu, karena air terjunnya terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan jarak dari desa terakhir sebelum hutan sekitar satu jam perjalanan," kata Prastowo.

Air terjun yang masih benar-benar perawan itu memang cukup sulit dijangkau. Tetapi, ia menyebutkan banyak pula air terjun yang bisa dinikmati lebih mudah karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Di antaranya, Curug Gede dan Curug Gumawang yang terletak di Baturraden, Curug Cipendok di Cilongok dan Curug Ceheng di Sumbang.

Sebagai tempat wisata andalan Baturraden, Curug Gumawang sangat akrab bagi para pelancong. Tempat itu seringkali dijadikan tempat atraksi terjun anak-anak kecil dari ketinggian 15 meter. Mereka akan terjun jika ada orang yang melemparkan uang di Sungai Gumawang.

Sekitar 3 km dari Lokawisata Baturraden terdapat Curug Gede. Tempat itu menjadi favorit anak-anak muda, terutama pada Sabtu dan Minggu. Bahkan, tempat itu sering dijadikan latar sesi pemotretan prewedding bagi warga di Purwokerto dan sekitarnya.

"Tempatnya memang mengasyikan. Karena meski panas matahari mencapai puncaknya, di Curug Gede tetap sejuk karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi pepohonan rindang," kata Finny Violina, mahasiswi Unsoed yang mengaku sering ke tempat itu.

Curug Gede memang belum dijadikan sebagai objek wisata resmi yang ditarik restribusi, sehingga para pengunjung yang datang hanya menyediakan uang parkir saja.

Yang telah digarap meski belum maksimal adalah Curug Ceheng yang terletak di Kecamatan Sumbang, Banyumas. Biaya retribusi yang dikenakan pada para pengunjung masuk sangat murah, hanya Rp 2.000 per orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan.

Untuk sampai ke Curug Ceheng, mereka yang datang harus turun ke lembah dengan kedalaman sekitar 100 meter. Pengunjung harus melewati batu-batu yang telah tertata sebelum bisa menikmati curug itu. Setelah turun, ada tanah cukup lapang untuk menikmati indahnya air terjun.

2 dari 2 halaman

Curug Nangga

Maraknya para pemburu curug di Banyumas membuat sejumlah curug menjadi lokasi wisata baru. Objek wisata ini terkenal melalui media sosial.

Curug Nangga yang terletak di Desa Petaunan Kecamatan Pekuncen Banyumas tersebut memiliki keunikan yang khas. Curug yang baru dibuka menjadi destinasi wisata oleh warga sekitar tersebut memiliki tujuh undakan dari atas hingga ke bawah hingga bermuara di Sungai Tajum.

Jika menggunakan kendaraan umum dari Terminal Purwokerto atau Bumiayu, berhentilah di dekat pangkalan ojek Cikawung. Dari situ, pengunjung akan berbelok ke arah selatan menuju Desa Semedo menuju curug berketinggian sekitar 250 meter.

Jauh dari keramaian jalan besar dan berada di samping areal persawahan desa sekitar membuat pengunjung harus membawa kendaraan pribadi. Untuk mencapainya, pengunjung harus menempuh jarak sekitar dua kilometer lebih dari Jalan Raya Ajibarang-Pekuncen.

Curug Nangga memiliki kekhasan tujuh batu berundak. (Liputan6.com/Aris Andrianto)

Dari jalan masuk di wilayah Desa Semedo untuk mencapai Desa Petahunan ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju Curug Nangga tidak terlalu besar dengan kondisi banyak tikungan dan menanjak.

Sebelum mencapai curug, pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melalui makam yang disusun hingga lokasi. Dengan tiket masuk Rp 3.000 yang dikelola pemuda desa setempat, pengunjung akan melintasi beratnya medan.

Seorang warga desa setempat, Jana (45) mengatakan Curug Nangga sebelumnya kerap dikunjungi pecinta alam di sekitaran Banyumas. "Sebelum dibuka untuk umum, memang sudah banyak orang yang berkunjung ke sini. Tetapi, rata-rata pecinta alam," kata dia.

Perjalanan yang mencucurkan keringat dan rasa pegal di seputar kaki hingga paha pun akan sangat terasa, jika bernafsu ingin mencapai tujuan secepatnya. Beberapa titik jalur menurun dari arah pintu masuk pun akan terasa licin, jika tidak dilalui dengan hati-hati.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas Deskart Jatmiko mengakui bahwa kebanyakan air terjun yang ada di kabupaten setempat belum banyak yang tergarap.

"Baru beberapa yang benar-benar dijadikan objek wisata, karena air terjun di Banyumas cukup banyak. Air terjun yang ada tidak hanya di sabuk Gunung Slamet tetapi juga ada di Pegunungan Serayu," kata Jatmiko.

Pihaknya, kata dia, baru menyurvei dan menemukan belasan air terjun yang potensial bisa dikembangkan menjadi objek wisata. Namun, semuanya tergantung alokasi dana. Meski belum dikembangkan, setidaknya sudah banyak orang yang menikmatinya terlebih dahulu.