Sukses

Marak Istilah Asing di Cirebon, Krisis Identitas?

Tak hanya penanda lokasi dengan bahasa asing, penulisan Bahasa Indonesia yang lebih kecil dari bahasa asing di Cirebon juga dikritisi.

Liputan6.com, Cirebon - Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia dalam berbagai aktivitas. Tapi, bahasa juga berfungsi sebagai identitas suatu negara atau daerah di ruang publik. Namun, identitas itu rupanya mulai buram seiring maraknya penggunaan bahasa asing di ruang publik di Cirebon.

Penggunaan bahasa asing telah menguasai ruang publik di Kota Cirebon. Mulai dari merek dagang, nama hotel, mall, pusat perbelanjaan, hingga papan petunjuk fasilitas umum.

Hal itu dilakukan agar merek dagang atau produk yang dijual laku di pasaran. Pasalnya, penggunaan bahasa internasional dianggap sesuatu yang membanggakan dan mampu meningkatkan citra produk atau jasa tersebut.
 
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Muhamad Abdul Khak, menyampaikan, bahasa adalah identitas suatu negara. Jika bahasa itu tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam ruang publik yang terbatas, bangsa Indonesia bisa kehilangan identitasnya.

"Salah satu identitas orang Indonesia adalah dari bahasanya," kata Abdul, Kamis, 18 Mei 2016.

Ia menyayangkan, Kota Cirebon yang kaya akan budaya daerah tetapi penggunaan bahasa Indonesia-nya sangat minim. Ia mencontohkan beberapa pusat perbelanjaan, hotel, dan pusat bisnis di Kota Cirebon menandai kamar kecil atau toilet dengan tulisan Rest Room, pusat jajanan serba-ada ditulis food court, pintu keluar darurat ditulis dengan emergency exit, dan lainnya.

"Kita lihat saja berapa persen orang asing yang mengunjungi hotel atau mal di Kota Cirebon, dalam satu hari. Saya yakin tidak sampai lima persen, tapi kenapa kita memberikan porsi bahasa yang lebih besar kepada mereka?" ujar Abdul.
 
Ia menegaskan tidak anti-bahasa asing, tapi yang paling penting bagaimana bahasa negara diutamakan. Ia juga menyoroti terjemahan Bahasa Indonesia yang ditulis lebih kecil di bawah bahasa asing.

"Di gagang pintu perkantoran saja kita bisa lihat kata push ditulis lebih besar di atas kata dorong. Lebih baik tulisannya dibalik, jadi Bahasa Indonesianya lebih besar daripada bahasa asing," kata Abdul.

Video Terkini