Sukses

Gaun Memukau dari Ribuan Pensil Warna Mampir Yogyakarta

Kerstin Schulz, seniman asal Jerman yang membuat gaun pensil.

Liputan6.com, Yogyakarta - Gaun yang terbuat dari 5.000 batang pensil Castell dipamerkan dalam Pameran Seni Faber-Castell bertajuk Kreativitas Tanpa Batas di Jogja City Mall, Yogyakarta, selama 5 hari, 18-23 Mei 2016.

Adalah Kerstin Schulz, seniman asal Jerman yang membuat gaun pensil ini berdasarkan gambaran Viennese Debutante yang biasa dikenakan kalangan atas berusia 18-20 tahun. Gaun ini membawa gambaran suasana pesta dansa diiringi alunan musik waltz.

Indonesia merupakan negara ketiga di Asia yang memamerkan karya seberat 25 kilogram dengan ukuran 170 x 100 x 140 centimeter ini. Sebelumnya, instalasi ini juga hadir di Jepang dan Singapura.

Selain gaun pensil, perempuan kelahiran 49 tahun silam ini juga menampilkan karya pencil sclupture lainnya. Di antaranya, Twisted berupa susunan pensil yang menyerupai angin beliung atau Mona Lisa yang menyatukan batang pensil menyerupai wajah.

Kerstin memiliki ciri khas dalam karyanya, yakni menggunakan benda yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kertas bekas, spons, parsel, kuas, serta pensil.

Pameran ini juga menampilkan karya pemenang lomba yang diselenggarakan Faber Castell. Mulai dari lomba gambar hingga menulis cerita pendek menggunakan tangan.

Brand Manager PT Faber-Castell International Indonesia Fransiska Remila mengatakan, pensil sengaja dipilih menjadi tema utama kegiatan kali ini. Sebab, bertepatan dengan 111 tahun usia pensil Castell. Pensil ditemukan oleh seorang bernama Castell dan digunakan oleh banyak seniman, salah satunya Van Gogh.

Ia menuturkan saat ini sedang ada tren di dunia membuat karya dari tangan, yakni dari critical thinking menjadi critical making.

"Produk yang kami gunakan bisa digunakan dari anak-anak hingga dewasa dan mendukung kreativitas dan merasakan pengalaman unik," ucap Fransiska dalam jumpa pers di Atrium Jogja City Mall, Yogyakarta, Rabu 18 Mei 2016.

Ia mengungkapkan, produk spidol yang sudah habis bisa digunakan untuk membuat karya lain. Hal ini pun selalu disosialisasikan ke sekolah. Setelah di Yogya, imbuh dia, pameran ini akan dilangsungkan di Surabaya dan Medan.

Adapun Kepala Seksi Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta Surti Raharyanto menilai, seni yang didukung pengetahuan, keterampilan dan sikap adalah seni yang mendidik.

"Kami mendukung kegiatan seperti ini dan bisa dilakukan oleh banyak orang," tutur dia.

Pun demikian Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti. Ia tidak menampik selama ini budaya tulis mulai terkikis karena digantikan dengan keypad ponsel. "Yogya sebagai kota yang penuh kreativitas bisa dikembalikan budaya tulisnya melalui kegiatan seperti ini." Â