Liputan6.com, Malang - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang bekerja sama dengan Malang Creative Fusion (MCF) menggelar Festival "Padang Bulan ing Malang Lawas" untuk melestarikan seni dan dolanan tempoe doeloe guna membendung dampak negatif budaya asing.
"Menumbuhkan dan mengembangkan, termasuk di dalamnya dolanan tempoe doeloe, adalah jurus jitu agar masyarakat tidak tertarik dengan dunia luar yang kebarat-baratan, tapi tetap berpijak pada modernisasi," kata Wakil Wali Kota Malang, Jawa Timur, Sutiaji, pada pembukaan Festival Padang Bulan ing Malang Lawas di Taman Krida Budaya Jatim (TKBJ) di Malang, dilansir Antara, Kamis (19/5/2016).
Sutiaji berpesan modernisasi bisa diterima di lingkungan masyarakat, tetapi jangan sampai ke barat-baratan. Oleh karena itu, festival yang digelar hingga hari ini sangat baik dan patut mendapat dukungan agar kemajuan teknologi dan informasi yang menyebabkan arus globalisasi kian deras, tidak disalahgunakan. Budaya bangsa juga tidak ditinggalkan, bahkan tetap terjaga.
Baca Juga
Ia menambahkan banyaknya budaya Malangan, harus bisa digali kembali, sehingga generasi mendatang tidak jauh dari peninggalan nenek moyang. Apalagi bagi anak-anak filosofi dolanan tempoe doeloe yang sarat makna sportivitas dan gotong-royong patut dikembangkan, salah satunya dengan menggelar festival Padang Bulan ing Malang Lawas ini setiap tahun.
"Saya berharap ke depan festival ini bisa lebih meriah dan ekspansi hingga luar daerah dan dunia internasional," ucap Sutiaji.
Politikus PKB itu juga mengingatkan akan keanekaragaman kuliner khas Malang yang harus diinventarisasi dan diperkenalkan sehingga menarik minat wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
"Karena itu, saya imbau kepada Disbudpar agar bisa mengenalkan kuliner khas Malang ini," kata dia.
Acara festival dibuka dengan tarian dan drama kolosal yang mengisahkan bagaimana keceriaan anak-anak pada masa lalu yang guyub rukun dengan dolanan, seperti gobak sodor, egrang, dakon dan sejenisnya, serta pertunjukan kisah Ramayana.
Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan ide awal diselenggarakannya festival tersebut karena kepedulian Pemerintah Kota Malang terhadap budaya dolanan yang saat ini sudah memudar di kalangan anak-anak.
"Saat ini anak-anak kita jadi generasi gadget. Mereka asyik dengan mainan mereka sendiri tanpa ada nilai sosial, sehingga kami merasa perlu menghadirkan dolanan ini kembali kepada publik agar tidak sampai luntur dan hilang," kata Ida Ayu.
Ida optimistis festival ini bisa berkiprah di ajang nasional, bahkan internasional jika dikelola dengan baik dan serius dengan melibatkan seluruh stakeholder dan komunitas seni yang ada. "Kalau kita serius tahun depan bisa menjadi festival yang besar dan bertaraf internasional," kata dia.