Liputan6.com, Yogyakarta - Usianya baru menginjak 1 tahun, tapi Fakhri Banu Akmal harus menginap berminggu-minggu di Bangsal Melati Dua kamar 4 RSUP Sardjito. Tiga selang menancap di tubuhnya. Satu selang infus, satu selang berisi paracetamol untuk menurunkan demamnya dan satu selang berisi susu yang masuk melalui hidungnya.
Sakit yang diderita Fakhri berawal dari makan rempeyek kacang. Ayah Fakhri, Amad Kuzaidi (38) menuturkan, kejadian itu bermula saat putranya itu bermain dengan kakaknya yang berusia 4 tahun pada 21 April 2016. Saat itu, sang kakak sedang memakan rempeyek. Tanpa diketahui, peyek itu ikut dimakan Fakhri.
"Tiba-tiba lagi makan peyek, kesedak kacang. Nafasnya langsung sesak, batuk-batuk," kata Amad, Senin, 23 Mei 2016.
Mendapati anaknya yang batuk tanpa henti, ia lalu membawa Fakhri ke bidan. Namun, kondisi anaknya tak kunjung membaik hingga dibawa ke RS Purworejo. Pihak rumah sakit lalu merujuk ke RSUP Sardjito.
Baca Juga
"Sempat pingsan waktu dibawa ke bidan. Dari RS Purworejo sampai RS Sardjito juga tidak sadar, sampai empat hari. Tapi, alhamdulillah langsung ditangani," kata Amad.
Ahmad menyebut saat ini kondisi anaknya membaik, tapi ia menghadapi masalah finansial. Biaya perawatan Fakhri semakin membengkak, sedangkan keluarganya belum terdaftar BPJS. Ia hanya mempunyai kartu Jamkesda Purworejo dengan nilai bantuan Rp 5 juta.
"Terus terang saja saya bingung untuk melunasi. Pekerjaan sehari-hari buruh tani. Penghasilan ndak tentu, ya sekitar Rp 500 ribu per bulan," ujar dia.
Ahmad berharap ada orang dermawan yang mau membantu biaya pengobatan anaknya. Penghasilan seadanya itu tidak mampu membiayai pengobatan anaknya. Ia pun masih harus menghidupi istri, dua anaknya, kedua orangtua dan seorang kerabatnya yang tinggal satu rumah.
"Bagaimanapun saya bersyukur, kondisinya sudah membaik. Sudah melewati kritis," ucap Amad.
Sementara itu, Humas RSUP Sardjito Trisno Heru Nugroho mengatakan, Fakhri mengalami gagal napas karena ada benda asing di paru-parunya hingga dirawat di ICU anak (PICU). Pihak RSUP Sardjito sudah berupaya mengambil kacang itu sejak datang sampai pada 9 Mei lalu.
"Akhirnya pada 9 Mei, pasien dilakukan operasi toraktomi, yaitu pembedahan masuk ke paru-paru dan kacang diambil. Itu operasi besar dan berisiko, alhamdulillah berhasil," ujar Heru.
Heru menyebutkan keluarga Fakhri belum dilindungi asuransi, terutama BPJS. Sementara, biaya untuk operasi dan perawatan selama lebih dari satu bulan ini mencapai Rp 100 juta.
"Kita dari rumah sakit menomorduakan biaya, menyelamatkan dan menyembuhkan pasien kita dahulukan," kata dia.
Berkaca dari kasus Fakhri, Heru menambahkan orangtua harus mengawasi anak-anak, khususnya di bawah lima tahun. Sebab, saat anak usia dua tahunan adalah fase aktif oral anak sehingga anak akan berusaha memasukkan apapun ke dalam mulutnya.
"Jauhkan benda asing berbahaya seperti uang koin atau benda apapun dari jangkauan anak. Selain itu juga segera mendaftarkan ke BPJS, karena itu sangat membantu pada kondisi darurat seperti operasi besar. Biayanya tidak sedikit," kata Heru.