Liputan6.com, Surabaya - Bertepatan dengan hari berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 23 Mei, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Surabaya menggelar bedah buku "Ayat-Ayat yang Disembelih" dan mengingat kembali kekejaman PKI pada peristiwa Kanigoro.
Ibrahim Rais, Ketua Yayasan Kanigoro dan eks korban G30S/PKI, menuturkan peristiwa Kanigoro terjadi di Desa Kanigoro, Kecamatan Keras, Kebupaten Kediri. Pada awal Januari 1965, Pelajar Islam Indonesia wilayah Jawa Timur mengadakan training mental.
Setelah berlangsung empat hari, kegiatan itu diserbu ribuan pemuda rakyat dan BTI yang disebut-sebut sebagai anggota PKI.
"Semua pelajar Islam ditangkap, dilecehkan, Alquran diinjak. Pak Kiainya diludahi kepala, dibuat mainan kemudian ditendang dan kita diikat dan rencananya akan dibunuh di tengah jalan," tutur Ibrahim saat berbincang dengan Liputan6.com di Wisma Guru PGRI Surabaya, Senin, 23 Mei 2016.
Ibrahim mengungkapkan yang digelandang kelompok itu hanyalah kaum lelaki. Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi yang berjarak 5 km dari tempat kegiatan. Setelah sampai di kantor polisi, Kepala Polisi itu sudah bersiap ada di kantor polisi.
Baca Juga
"PKI mengatakan kita serahkan pelajar muslim ini selaku penghianat bangsa atau neokolonialisme untuk segera diadakan penindakan. Kepala Polisi itu menjawab, 'ya sudah, terima kasih'. Lalu kita, ribuan pelajar muslim diambil oleh Pak Camat dan Pak Camatnya menangis melihat kebiadaban PKI," ujar Ibrahim.
Ibrahim menyebut peristiwa Kanigoro tersebut merupakan uji coba untuk mengukur kekuatan lawan PKI atau kelompok anti-PKI. Pelajar Islam Indonesia dinilai menjadi salah satu kelompok penentang PKI. Dengan uji coba itu, mereka juga ingin mengetahui reaksi yang ditunjukkan kelompok umat Islam lainnya.
"Dan yang kedua adalah latihan bagi kader PKI untuk menggerebek dan kalau perlu untuk membantai pada suatu saat nanti kalau sudah waktunya," kata Ibrahim.
Ibrahim juga meyakini insiden itu sudah direncanakan. Berdasarkan dokumen yang diketahuinya, ia mendapati PKI telah menyusun daftar orang-orang yang wajib dibantai saat itu. Ada pula lubang-lubang yang sudah disiapkan di desa itu untuk mengubur umat Islam yang akan dibantai.
"Jadi, PKI itu sudah mempunyai rencana jahat dan Alhamdulillah di Jakarta, kudeta mereka gagal. Kemudian segera dikuasai oleh aparat, terutama oleh TNI, sehingga gagal total kudeta mereka," ujar Ibrahim.
Sementara itu, Ketua HMI cabang Surabaya, Wildan Hilmi ZA mengatakan kegiatan bedah buku ini bertujuan untuk mengingat sejarah perjuangan organisasi yang sangat peduli dengan kondisi bangsa sejak negara Indonesia lahir hingga saat ini.
"Ini untuk menjadi nilai luhur dasar negara Pancasila dari ancaman gerakan radikal yang salah satunya adalah PKI," ucap Wildan.