Liputan6.com, Palembang - Mencoba mengelabui polisi dengan berpura-pura berjualan kopi dan minuman ringan, Pemalak di kawasan jembatan penyeberangan prang (JPO) di Jalan Sudirman, Palembang, Sumatera Selatan dicokok aparat Unit Kam Sat Intelkam Polresta Palembang.
Polisi telah cukup lama mengintai gerak-gerik Dodi Chandra (30), warga Jalan Kadir TKR Lr Grista Kelurahan 36 Ilir, Kecamatan Gandus. Menindaklanjuti aduan masyarakat, polisi menggelandangnya ke Polresta Palembang pada Jumat petang 27 Mei 2016.
Dodi tak sendiri. Ia diamankan bersama Susilawati (51), penyuplai kopi, yang diduga terlibat komplotan pemalak meresahkan ini. Kepada polisi, Dodi mengaku jika ia telah sebulan terakhir menjadi penjual kopi.
Â
"Benar, Pak. Sambilan saja. Kalau mereka tak beli kopi saya, mereka tak boleh ambil penumpang, di halte," ujar tersangka Dodi.
Uang Jalur
Korbannya, merupakan pengemudi bus kota berbagai jurusan yang melintas dari arah Ampera, Seberang Ulu menuju Seberang Ilir. Rata-rata, uang setoran sopir bus untuk sekali berhenti (ngetem), mulai dari Rp 2.000-5.000. Sehingga, dalam sehari, Dodi sedikitnya membawa pulang uang sebesar Rp 75 ribu.
"Sehari bisa lima jam berjualan. Keluar rumah sejak pukul 11.00 WIB. Kalau sopir tak mau beli, kami minta uang saja," ucap Dodi.
Selama ini, di kalangan pengemudi bus kota di Palembang, uang tersebut dikenal dengan istilah 'uang jalur'. Jika tak diberi, para pemalak ini tak sungkan untuk mengancam bahkan menganiaya korbannya, yakni sopir maupun kernet bus.
Baca Juga
Baca Juga
Polisi, beberapa waktu lalu sempat melakukan operasi pemberantasan. Namun, belakangan ini pemalak kembali muncul dengan berbagai modus berbeda. Salah satunya, dengan berjualan kopi dan minuman ringan seperti yang dilakukan Dodi. Â
Polisi, kini masih menyelidiki dan mengejar pelaku lain, kawanan pemalak ini. Termasuk otak pelaku berinisial EO.
Kasat Intelkam Kompol Budi Santoso Ssos didampingi Kanit Kam Iptu Roy Zulisrin mengatakan, jajarannya langsung berkoordinasi dengan Satreskrim usai penangkapan.
"Penangkapan ini, selain menindaklanjuti aduan masyarakat, juga masuk dalam operasi Bina Kusuma Musi 2016. Salah satu sasarannya, adalah premanisme," kata Budi.
Advertisement