Liputan6.com, Yogyakarta - Siapa sangka pelukis ternama Indonesia asal Jogja, Nasirun ternyata cemburu dengan Affandi. Hal itu diungkapkan laki-laki kelahiran Cilacap, 1 Oktober 1965 saat ditemui di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Tapi, kata Nasirun, jangan terburu-buru menyimpulkan. Dia mengaku bukan mencemburui harga lukisan Affandi, melainkan dengan proses yang dilakukan maestro lukis kenamaan itu.
"Saya kadang-kadang cemburu dengan Affandi dalam berproses menciptakan karya seni," ujar Nasirun yang baru saja menggelar pameran tunggal bertajuk Run Embracing Diversity ini, Kamis, 2 Juni 2016.
Menurut pelukis di Mercy klasik itu, Affandi jujur saat berkarya. "Ketika sudah selesai melukis ya sudah tidak dilanjutkan lagi karyanya," tutur seniman yang baru saja menyabet tiga rekor MURI itu.
Nasirun membandingkan dengan dirinya. Ia mengaku sesekali memperbaiki karyanya dengan sentuhan akhir.
"Kalau saya kadang masih saya dandani sedikit-sedikit," kata dia sembari tertawa.
Raih MURI
Pameran tunggal Nasirun bertajuk Run Embracing Diversity yang digelar di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 29 Mei - 2 Juni masuk Museum Rekor Indonesia (MURI). Nasirun sebagai pelukis dan Agung Tobing selaku kolektor benda yang dipamerkan menerima piagam tersebut.
Baca Juga
Ada tiga kategori yang diraih oleh pelukis tersebut, yakni pameran mobil lukis terbanyak sejumlah 26 buah, replika Borobudur dari susunan pagupon lukis terbanyak sejumlah 113 buah, serta melukis dan mengukir dengan media meja kayu utuh terbanyak sejumlah 15 buah.
"Maksimal yang bisa diajukan tiga kategori. Kemarin kami mengajukan lima yang disetujui ada tiga," kata Shinta Dewi, panitia pameran.
Shinta mengatakan dua kategori yang diajukan tapi tidak terpilih adalah venue pameran terluas dan ukiran Harley Davidson yang dilukis. Menurut Shinta, untuk kategori venue pameran harus menyertakan surat yang menerangkan areal tersebut paling luas dibandingkan tempat lain.
Pengusaha sekaligus kolektor benda seni Agung Tobing mengaku rela koleksinya, termasuk Mercy klasik, dilukis oleh Nasirun karena dia menyukai karya seniman tersebut. Sementara, Nasirun menuturkan proses melukis ratusan benda koleksi Agung Tobing memakan waktu dua tahun.
"Ini eksperimental dan kalau saya tidak bereksperimen saya tidak menemukan teknik-teknik baru," ujar seniman yang mampu menaklukkan berbagai medium lukisan itu.
Nasirun menambahkan, sepengetahuannya, pameran tunggal lukisan dengan medium terbanyak baru kali ini dilakukan di dunia.