Liputan6.com, Bengkulu - Kedua orangtua Yuyun, Yakin dan Yana harus mengungsi ke salah satu desa di Kecamatan Sleupu Rejang yang berada di Kaki Gunung Kaba, Bengkulu. Yuyun adalah siswi SMP berusia 14 tahun yang menjadi korban kejahatan seksual 14 pemuda.
Kini, lima tersangka yang berusia dewasa dan satu tersangka di bawah umur akan menjalani persidangan. Dalam situasi seperti itu, kedua orangtua Yuyun merasa tidak nyaman berada di kediamannya.
Menurut ayah Yuyun, Yakin, pihaknya meninggalkan rumahnya di Desa Kasie Kasubun karena keluarga besar para tersangka terlihat menyimpan kebencian. Terlebih, mereka sudah mendapat informasi bahwa keenam tersangka terancam hukuman berat.
Advertisement
Yakin menuturkan, setiap berpapasan dengan anggota keluarga tersangka, mereka selalu menatapnya tajam dan seolah menyimpan dendam. Padahal, ia yang sudah kehilangan putri kesayangannya sudah mulai bisa menerima keadaan dan menyambung silaturahmi.
"Terus terang saya takut, rumah kami di Kasie Kasubun sudah kami jual, yang beli orang sana juga, cuma 15 juta dibayarnya," ujar Yakin saat dihubungi, Bengkulu, Sabtu (4/6/2016).
Saat ini, mereka tinggal menumpang di salah satu ruangan di Sekolah Pertanian Negeri (SPN) Selupu Rejang. Mereka mulai membangun gubuk di atas lahan seluas 10x11 meter yang mereka beli.
Mereka berencana untuk berkebun menanam bawang merah di tanah milik seorang warga yang mau memberikan fasilitas pinjam pakai dengan sistem bagi hasil jika sudah panen nanti.
Baca Juga
Keduanya saat ini masih memiliki kebun kopi di kawasan hutan, tak jauh dari Kecamatan Padang Ulak Tanding seluas 15.000 meter persegi. Di atas lahan itu juga sudah ditanam 6.000 batang kopi berumur 3 hingga 4 tahun.
Mereka harus menunggu waktu panen paling cepat 2 tahun. Jika berhasil, mereka akan menggunakan uangnya untuk menyekolahkan Yayan, kembaran Yuyun. Putranya tersebut akan menempuh pendidikan di salah satu pesantren di Kota Malang, Jawa Timur.
"Yayan itu dari kecil bercita-cita menjadi seorang ulama. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya, cuma dia harapan kami," lanjut Yakin.
Meskipun sudah tidak tinggal di Desa Kasie Kasubun, Yakin bersama istrinya sesekali mendatangi kampung itu untuk berziarah ke makam Yuyun.
Mereka memilih membatasi diri berinteraksi dengan warga desa sebab takut terlalu banyak pertanyaan masyarakat. Mereka juga memilih agar warga tidak mengunjungi tempat tinggal mereka sekarang.