Liputan6.com, Jakarta - Raja Pemecutan suatu hari hendak menunggangi kudanya. Raden Mas Cokroningrat menyiapkan kuda kesayangan raja untuk ditunggangi. Di hadapan raja, Raden Mas Cokroningrat memerintahkan kepada kuda berlutut karena hendak ditunggangi sang raja.
Kuda itu menurut sampai membuat raja terperangah. Raja meyakini jika Raden Mas Cokroningrat bukan dari kalangan warga biasa.
Selain itu, alasan orangtua Yuyun mengungsi ke kaki gunung, turut menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama kanal Regional hingga Minggu (5/6/2016) malam.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional.
1. Kisah Pangeran Sakti Penakluk Hati Putri Raja Bali
Baca Juga
Kisah pangeran sakti mandraguna tidak hanya dongeng belaka. Sosok pangeran itu mewujud pada Raden Mas Cokroningrat alias Pangeran Cakraningrat IV atau Raden Toyo atau yang bernama asli Ahmad Joko Salim. Ia merupakan suami dari putri Raja Pemecutan dari Bali.
Kartubi, penjaga makam Cakraningrat menuturkan, sang pangeran datang ke Pulau Bali karena diperintahkan menyiarkan Islam di wilayah itu. Ia berangkat bersama empat murid lainnya.
Sesampainya di Pulau Dewata, mereka berpencar. Bali kala itu tengah dilanda perang saudara antar-kerajaan. "Waktu itu memang sedang terjadi peperangan antara Puri Mengwi dan Puri Pemecutan," tutur Kartubi kepada Liputan6.com, Jumat, 3 Juni 2016.
Advertisement
Selengkapnya baca di sini...
2. Kenapa Orangtua Yuyun Mengungsi ke Kaki Gunung?
Kedua orangtua Yuyun, Yakin dan Yana harus mengungsi ke salah satu desa di Kecamatan Sleupu Rejang yang berada di Kaki Gunung Kaba, Bengkulu. Yuyun adalah siswi SMP berusia 14 tahun yang menjadi korban kejahatan seksual 14 pemuda.
Kini, lima tersangka yang berusia dewasa dan satu tersangka di bawah umur akan menjalani persidangan. Dalam situasi seperti itu, kedua orangtua Yuyun merasa tidak nyaman berada di kediamannya.
Menurut ayah Yuyun, Yakin, pihaknya meninggalkan rumahnya di Desa Kasie Kasubun karena keluarga besar para tersangka terlihat menyimpan kebencian. Terlebih, mereka sudah mendapat informasi bahwa keenam tersangka terancam hukuman berat.
Yakin menuturkan, setiap berpapasan dengan anggota keluarga tersangka, mereka selalu menatapnya tajam dan seolah menyimpan dendam. Padahal, ia yang sudah kehilangan putri kesayangannya sudah mulai bisa menerima keadaan dan menyambung silaturahmi.
"Terus terang saya takut, rumah kami di Kasie Kasubun sudah kami jual, yang beli orang sana juga, cuma Rp 15 juta dibayarnya," ujar Yakin saat dihubungi, Bengkulu, Sabtu 4 Juni 2016.
Selengkapnya baca di sini...
3. Ada Ayam Kampus dalam Jaringan Prostitusi via SMS di Cirebon
Polres Kota Cirebon terus mengembangkan penyelidikan kasus prostitusi via short message service (SMS). Pengembangan dilakukan usai tertangkapnya muncikari TH (47), belum lama ini.
"Kasus yang baru akan kami kembangkan transaksi seksual melalui SMS sang muncikari," ujar Kapolres Cirebon Kota AKBP Indra Jafar, Sabtu, 4 Juni 2016.
Ia menyampaikan, penangkapan pelaku berdasarkan hasil pengembangan saat polisi menangkap salah satu PSK di sebuah hotel di Cirebon dalam kegiatan razia pekat. Ia mengungkapkan, muncikari TH menawarkan jasa PSK melalui SMS.
Setelah ada kesepakatan, muncikari TH mengirimkan PSK sesuai pesanan. Sementara itu, rata-rata PSK yang dijual berusia 20-25 tahun. "TH yang berprofesi sebagai karyawan swasta itu sudah menjalani profesi muncikari selama 1 tahun," sebut dia.
Selengkapnya baca di sini...