Liputan6.com, Yogyakarta - Warga penolak proyek pembangunan bandara baru di Yogyakarta yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membagikan berbagai jenis sayuran gratis di sepanjang Jalan Daendels.
Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono mengatakan aksi pembagian sayuran secara gratis tersebut merupakan bakti sosial untuk menyambut bulan Ramadan.
"Pembagian sayur gratis ini sebagai rasa syukur pada Tuhan karena petani di wilayahnya baru panen raya sayuran dan cabai. Sayuran yang dibagikan sekitar 700 paket yang seluruhnya berasal dari hasil pertanian warga," kata Martono di Kota Jogja, dilansir Antara, Minggu 5 Juni 2016.
Adapun sayuran yang dibagi kepada masyarakat umum yakni cabai, terong, dan kangkung yang dikemas dalam kantong-kantong plastik dibagikan kepada para pengguna jalan yang melintas di Jalan Daendels di wilayah Pedukuhan Kragon II, Desa Palihan. Aksi tersebut digelar bersama Perempuan Pejuang Anti Penindasan (PPAP) yang merupakan sayap dari WTT.
Martono mengatakan penolakan WTT terhadap pembangunan bandara di atas lahan produktif juga mendapat dukungan forum solidaritas perempuan menolak penggusuran di Nepal pada Maret lalu.
"Perwakilan dari negara India juga menolak apa pun penggusuran di tanah-tanah produktif, termasuk airport city ini. Dalam forum itu WTT diwakili solidaritas dari Semarang," kata Martono.
Ketua PPAP Wulandari mengatakan, untuk menyambut bulan suci Ramadan ini, pihaknya bersama WTT membagikan hasil bumi untuk menegaskan suburnya lahan di lokasi bandara.
"Tanah yang subur ini tidak layak untuk pembangunan bandara," kata Wulandari.
Proyek bandara jalan terus
Sementara itu pembangunan bandara baru di Yogyakarta terus berjalan. Namun proses pembangunan masih membutuhkan waktu yang lama.
Baca Juga
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Sulistyo Wimbo Hardjito mengatakan jika proses yang lama dalam pembangunan bandara baru itu biasa terjadi. Terlebih warga ada yang tidak setuju dengan rencana pembangunan bandara dan tidak menyerahkan lahannya, sehingga prosesnya sampai ke pengadilan.
"Selama setahun ke depan ya bayar membayar aja. Kalo tidak selesai harus ke pengadilan dulu. Ya mirip pembangunan jalan tol butuh waktu yang lama," ujar dia, Rabu 1 Juni 2016.
Adapun rencana peletakan batu pertama (groundbreaking) pada Agustus mendatang akan dilakukan di lahan yang sudah dibebaskan. Setelah pembebasan lahan tuntas, baru selanjutnya perancangan desain.
Advertisement
Sementara itu Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik( PSEKP ) UGM A Tony Prasetiantono mengatakan warga Kulon Progo yang terdampak bandara baru seharusnya dapat melihat prospek ekonomi ke depannya. Dampak ini berkaca pada bandara Kualanamu, Medan, yang mendongkrak perekonomian warga sekitar.
"Warga Kulon Progo tidak menyadari karena tidak sempat studi banding. Ini kesalahan persepsi perlu dorongan dari bupati dan gubernur biar yakin," ujar dia.