Liputan6.com, Kendal - Hanya duka mendalam yang dirasakan Gono Sardjono, ayah dari Serda Septian Wahyu Sarjono, taruna TNI AU yang tewas saat masa orientasi Sejursarlislek A-42 Skadik 203 Lanud Sulaiman.
Saat pembinaan gelap itu, Septian diduga mengalami penganiayaan oleh seniornya. Ayah Septian sangat menyesalkan kejadian mengenaskan yang dialami anaknya di luar konteks pendidikan satuannya tersebut.
Hingga Senin (6/6/2016) malam, berita tersebut berhasil menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional.
Advertisement
Berita lainnya yang tak kalah populer adalah sendang tempat favorit bagi Presiden ke-2 RI Soeharto dan kisah heroik I Gusti Ketut Jelantik mengusir penjajah Belanda.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Ayah Taruna TNI AU Sebut Putranya Tewas dengan 3 Tulang Iga Patah
Saat mengikuti masa orientasi Sejursarlislek A-42 Skadik 203 Lanud Sulaiman, Serda Septian Wahyu Sarjono, taruna TNI AU tewas dengan mengalami patah pada tiga tulang rusuknya.
Gono sang ayah yang juga prajurit TNI AU mengungkapkan sempat menemui putranya sebelum meninggal. Kondisi Septian sudah koma saat itu. Ia bahkan diberitahu jika Septian telah koma sebelum dibawa ke rumah sakit.
"Anak saya koma begitu peristiwa itu terjadi, detik itu juga serta di TKP itu," ujar Gono.
Berdasarkan keterangan dari sumber yang diperoleh sang ayah, kondisi Septian sehat saat siang sebelum kejadian. Padahal, ia mengikuti kegiatan lapangan yang menguras fisik siang itu. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kesatuannya.
2. Melongok Sendang Tempat Semedi Favorit Soeharto
Sendang menjadi salah satu tempat favorit para pelakon tirakat dan bersemedi. Hal itu berlaku pula bagi Presiden ke-2 RI Soeharto. Salah satu sendang favoritnya saat bersemedi adalah di Wonodri Sendang.
"Sendang ini berkaitan dengan berdirinya Kota Semarang. Bahkan Ki Ageng Pandanaran sebelum memimpin Semarang, ini sudah ada," kata Ketua RW 05 Kelurahan Wonodri, Tri Siswanto, Minggu, 5 Juni 2016.
Sendang itu sering dikunjungi Pak Harto saat masih menjabat Pangdam Diponegoro. Sebelum berkuasa dan menduduki jabatan presiden selama 32 tahun, Soeharto sering menyepi, bersemedi, dan tirakat di tempat itu. Â
3. Kisah Heroik Gusti Ketut Jelantik Perang Puputan Usir Belanda
Kisah heroik I Gusti Ketut Jelantik hingga kini masih lekat dalam ingatan sebagian besar warga Kabupaten Buleleng, Bali.
Ketika rakyat Bali menyatakan perang puputan (perang hingga titik darah penghabisan), Gusti Ketut Jelantik memimpin pasukan di Kabupaten Buleleng untuk mengusir penjajah.
 I Gusti Ketut Jelantik merupakan patih di Kerajaan Buleleng yang dipimpin oleh I Gusti Made Karangsem pada 1825.
Pada saat itu, I Gusti Ketut Jelantik tidak mau tunduk terhadap tekanan dan tuntutan Belanda. Akibatnya, pada 27 Juni 1846 terjadilah pertempuran antara pasukan Buleleng dan tentara Belanda.