Liputan6.com, Yogyakarta - Ratusan pedagang kudapan ngabuburit nekat berjualan di sepanjang Jalan Olahraga dan Jalan Notonegoro, Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada awal bulan Ramadan, Senin 6 Juni 2016. Padahal, keberadaan mereka masih status quo.
Mereka menerima surat larangan berjualan dari Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 25 Mei lalu. Sebab, pihak UGM bermaksud mengatur masalah keselamatan berkendara, kenyamanan, dan kelancaran arus lalu lintas di ruas jalan tersebut.
Terlebih, kawasan di lembah UGM itu juga akan direnovasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga. Hal itu juga dibenarkan Kepala Bagian Humas dan Protokoler UGM Ifa Ariani.
"Kami baru beraudiensi dengan UGM pada Selasa, 7 Juni besok, tetapi untuk hari pertama kami tetap berjualan," ucap Yoga Adi Pratama selaku Ketua Paguyuban Pedagang Ngabuburit UGM di Sleman, DIY, Senin 6 Juni 2016.
Baca Juga
Menurut Yoga, Jalan Olahraga sudah menjadi trade mark berjualan saat ngabuburit. Dengan demikian, tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Ada 375 pedagang yang menggantungkan hidup selama bulan puasa di sepanjang Jalan Olahraga dan Jalan Notonegoro. Meskipun demikian, Yoga mengatur pedagang supaya tidak berjualan di badan jalan, sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas.
Ia juga berupaya tidak terjadi bentrok pedagang ngabuburit dengan Satuan Keamanan Kampus (SKK) UGM. "Kami berjualan baik-baik, jangan sampai ada kontak fisik," tutur Yoga.