Liputan6.com, Bengkulu - Cuaca ekstrem yang menerpa perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera tidak menghalangi para nelayan untuk tetap turun ke laut mencari ikan. Mereka nekat bertaruh nyawa lantaran terdesak kebutuhan hidup selama Ramadan dan jelang Hari Raya Idul Fitri.
Seperti diakui nelayan pesisir Pantai Malabero, Kota Bengkulu Buyung Tamang yang menantang keganasan alam dan turun ke laut karena desakan ekonomi.
"Mau tidak mau, kami tetap melaut," ujar Tamang di Bengkulu, Jumat (10/6/2016).
"Memang harus dipaksakan, jika tidak keluarga kami mau makan apa?" sambung dia.
Meskipun memaksakan diri mencari ikan di laut, hasil tangkapan nelayan sangat jauh dari harapan. Biasanya nelayan tradisional mampu mengumpulkan hasil hingga satu ton ikan. Sementara saat ini, mereka hanya mendapat hasil maksimal tidak lebih dari 500 kilogram.
"Dapat setengah dari hasil hari biasa saja sudah sangat bagus," lanjut Buyung Tamang.
Baca Juga
Sementara itu, prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Fatmawati Bengkulu, Winda Ayu Kusumawati mengatakan, kondisi gelombang di pesisir Pantai Bengkulu masih tergolong tinggi. Tinggi gelombang berada pada kisaran 2-4,5 meter.
"Kami masih menetapkan peringatan dini bagi nelayan," ujar Winda.
Kondisi cuaca ekstrem ini diprediksi bakal terjadi hingga sepekan ke depan. Kondisi angin bertiup dari barat menuju timur laut dengan kecepatan 5 -15 knot atau dengan kecepatan maksimal 30 kilometer per jam.
"Untuk angin masih dalam kondisi normal, tetapi tetap harus diwaspadai, sebab bisa saja berubah dalam waktu yang tidak bisa diprediksi," ucap Winda Ayu.