Sukses

Provokator Demo Anti-Tambang Anarkis Bengkulu Diburu

Polisi yakin ada provokator yang sengaja mengatur agar aksi demo anti-tambang tersebut berjalan ricuh.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Agus Rianto mengatakan pihaknya tengah memburu provokator dalam aksi demonstrasi berujung ricuh di pertambangan batu bara bawah tanah di Kabupaten Bengkulu Tengah,  Sabtu, 11 Juni 2016 lalu.

"Yang memprovokasi masih melakukan pendalaman dan penyelidikan oleh Polda Bengkulu, ini untuk menemukan dan membuktikan siapa yang menjadi provokator,"  ujar Agus di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/6/2016).

Agus yakin aksi yang menimbulkan korban luka tembak itu memang ditujukan untuk anarkis dan bentrok dengan pihak kepolisian dan TNI. "Tiba-tiba ada beberapa orang menyelinap, ada di dalam, dan memprovokasi massa untuk maju dan menyerang," ungkap Agus.

Agus menjelaskan, unjuk rasa memang dibolehkan dan sudah diatur dalam undang-undang. Namun menurutnya ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para peserta demo, salah satunya yakni dilarang membawa senjata tajam.

"Karena kan tujuan demonstrasi adalah menyampaikan pendapat," ujar dia.

Sedangkan mengenai penembakan terhadap warga sipil, Agus menegaskan aparat sudah bertugas sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP) yang berlaku. Namun demikian, apabila terbukti ada pelanggaran dalam pengawalan aksi tersebut, pihaknya akan segan untuk memberikan sanksi.


"Jangan sampe dikit-dikit polisi lakukan tindak tegas ke masyarakat, langsung maunya ada sanksinya. Kan enggak seperti itu, dilakukan sesuai SOP, sesuai protap, UU melindungi itu. Tapi apabila mereka keluar, enggak sesuai, melanggar, itu yang akan kami proses," tutur Agus.

Sementara, pasca-bentrok berdarah itu, siang kemarin, Bupati Ferry Ramli secara resmi menghentikan operasional perusahaan tersebut. "Untuk menghindari konflik berkepanjangan, aktivitas pertambangan bawah tanah yang dikelola PT CBS secara resmi saya hentikan," ujar Ferry di Bengkulu, Minggu, 12 Juni 2016.

Unjuk rasa penolakan pertambangan sistem underground di Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah, kemarin mengakibatkan empat warga mengalami luka tembak. Seorang warga yang terkena tembakan di bagian perut terpaksa menjalani operasi di RSUD M Yunus, Bengkulu.