Sukses

Terasi dan Kisah 3 Serangan Gagal Padjadjaran ke Cirebon

Gara-gara terasi, tiga pasukan ekspedisi yang dikirim Kerajaan Padjadjaran batal menyerang Cirebon.

Liputan6.com, Cirebon - Terasi ternyata tidak hanya menjadi salah satu bumbu masak yang melezatkan makanan, tetapi juga mampu memerdekakan Cirebon dari Kerajaan Padjadjaran. Bagaimana bisa?

Sejarawan Cirebon Opan Safari mengatakan seiring berkembangnya pemberian upeti berupa garam dan terasi dari Cirebon kepada Padjajdaran, penguasa Kerajaan Singapura Pangeran Cakrabuana melantik Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menjadi Raja Cirebon secara sepihak.

Setelah bertahta, Sunan Gunung Jati memutar akal untuk memerdekakan Cirebon dari Padjajaran. Ia lalu memutuskan menghentikan pengiriman upeti berupa garam dan terasi yang biasanya dikirim ke Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, yang masih termasuk wilayah Padjadjaran.

Tindakan itu memancing reaksi dari Kerajaan Padjadjaran. Mereka mengirim pasukan ekspedisi khusus pertama ke Cirebon. Pasukan yang berjumlah 40 orang itu dipimpin langsung Tumenggung Jagabayan.

Dalam ekspedisi tersebut, Tumenggung Jagabayan menggelar dialog bersama Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati untuk meminta penjelasan terkait penghentian upeti mereka kepada Kerajaan Padjadjaran. Sunan Gunung Jati menegaskan diri menolak konsep upeti lantaran masyarakat Cirebon belum sejahtera.

"Akhirnya di Cirebon konsep upeti diubah menjadi zakat. Karena sebelum rakyat makmur, Cirebon tidak akan memberikan upeti. Dari yang dulu masyarakat miskin harus memberi upeti kepada yang kaya atau pejabat kerajaan, kini yang kaya harus membayar zakat kepada masyarakat miskin," tutur Opan.

Penjelasan Sunan Gunung Jati menarik hati pasukan ekspedisi khusus tersebut pada konsep Islam. Mereka akhirnya masuk Islam. "Walhasil pengiriman ekspedisi khusus yang pertama tidak jadi perang malah masuk Islam," ucap dia.

Tak terima, Kerajaan Padjadjaran kembali mengirim pasukan ekspedisi khusus kedua yang dipimpin langsung Tumenggung Jagasatru. Kedatangan pasukan ekspedisi khusus pimpinan Tumenggung Jagasatru juga diawali dengan dialog.

"Mendengar penjelasan konsep Islam yang dipaparkan Sunan Gunung Jati, Tumenggung Jagasatru bersama pasukannya pun kembali menyatakan diri masuk Islam," kata Opan.

Belum menyerah, Padjadjaran kembali mengirimkan pasukan khusus yang dipimpin langsung Tumenggung Lembu Sastra. Ekspedisi ketiga itu akan menggelar serangan fajar.

"Nah saat serangan fajar yang dilakukan di Gunung Sembung, pasukan khusus Tumenggung Lembu kaget melihat saat fajar mereka sudah beraktivitas (Salat Subuh) sehingga penyerangan berhasil digagalkan dan Tumenggung Lembu Sastra bersama pasukannya juga masuk Islam," kata Opan.