Sukses

Niat Baik Bocah yang Takut Petasan Ini Berujung Amputasi

Orangtua bocah kini kesulitan membiayai perawatan bocah yang menjadi korban ledakan petasan setelah BPJS menolak menanggung biaya.

Liputan6.com, Semarang - Rintih kesakitan terdengar dari ruang Wahab Abdullah Rumah Sakit Islam NU Demak pada Rabu malam, 15 Juni 2016. Sumber rintihan itu berasal dari bibir Lucky Firmansyah (11), bocah SD yang menjadi korban ledakan mercon temannya.

"Bu, pulang saja. Itu ada mercon dekat sini," kata Lucky.

Nur Hasanah menenangkan Lucky. Ia mengajak anaknya berdoa, istigfar, sambil mengelus-elus dahi putranya. Sesaat Lucky merasa tenang. Matanya terpejam dan napasnya mulai teratur, pertanda sudah bisa tertidur.

Namun tak sampai sepuluh menit, ia kembali terbangun dan merintih kesakitan saat mendengar letusan petasan dari luar rumah sakit. "Iya. Sekarang mengalami trauma. Mendengar suara letusan pelan saja ia terbangun dan ketakutan," kata Nur Hasanah.

Kondisi psikis Lucky Firmansyah yang trauma dan fobia ledakan petasan itu dibenarkan Humas Rumah Sakit Islam NU, Mat Na'im Anwar. Na'im menyebutkan, selain menderita luka bakar di beberapa bagian tubuh dan diamputasi jari tengah tangan kanannya, bocah SD korban ledakan petasan di kampung halamannya di Perumnas Desa Wonowoso, RT 01 RW 07, Kecamatan Karangtengah, Demak, Jawa Tengah juga mengalami trauma berat.

"Saat ini, kami berusaha mengembalikan kondisi psikis Lucky Firmasyah. Kami memberikan pelayanan 'Trauma Center'. Ini fasilitas pelayanan kesehatan yang khusus menangani pasien trauma di rumah sakit," kata Na'im, Kamis (16/6/2016).

Lucky Firmansyah adalah seorang siswa kelas V SD Wonowoso 2, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ia menjadi korban petasan di kampung halamannya di Perumnas Desa Wonowoso, RT 01 RW 07, Kecamatan Karangtengah, Demak, pada Selasa, 15 Juni 2016 siang sekitar pukul 13.00 WIB.

Meski sudah ditangani rumah sakit, Kuncoro, ayah Lucky yang bekerja sebagai buruh bangunan, masih bingung mencari sumber dana perawatan anaknya. Sang ayah menyesalkan Lucky yang menjadi korban petasan teman-temannya.

"Anak saya itu tidak suka petasan. Pas peristiwa, ia hendak menyingkirkan petasan yang sudah dinyalakan di halaman musala dan melempem. Enggak tahunya malah meledak dan mengenainya," kata Nur Hasanah, sang ibu.

Ditolak BPJS

Perawatan dan tindakan amputasi jari pada hari pertama saja sudah menelan biaya Rp 5 juta. Namun, BPJS Kesehatan menolak menanggung biaya perawatan. Pihak BPJS menilai kecelakaan yang dialami Lucky adalah kelalaian. Lagipula, tidak ada klausul yang mengatur tentang niat baik.

Beragam kemungkinan telah diupayakan kedua orangtua Lucky, tapi hasilnya nihil. Kesulitan yang dialami Lucky akhirnya mengusik jajaran Pemerintah Kabupaten Demak. Sebelum memutuskan, Sekda Kabupaten Demak menyebut akan mengecek kondisi Lucky dan keluarganya.

"Pemkab Demak akan menjenguk korban di RSI NU Demak sekaligus mengecek kondisi. Setelah itu kami akan mendiskusikan permasalahan keluarga korban yang tak sanggup membayar biaya rumah sakit. Yang pasti kami akan bantu mereka, " kata Sekda Demak Singgih Setyono.

Sementara Ketua PCNU Demak selaku pemilik RSI NU Demak, Musyadad Syarif mengatakan pihaknya akan memberikan biaya khusus bagi Lucky. Untuk kamar dan obat akan diupayakan biaya seringan mungkin.

"Kami turut prihatin dengan nasib Lucky. Semoga segera sembuh dan kembali beraktivitas," kata Musyadad.

Di Kabupaten Demak, petasan memang menjadi seperti tradisi yang susah hilang saat Ramadan. Polisi terus menggelar operasi, tapi ibarat jamur, petasan itu masih saja ada.

Penelusuran Liputan6.com, pemasok bubuk petasan biasanya dari daerah Kecamatan Wedung. Sebuah kecamatan yang memiliki garis pantai dan ada juga warganya yang bekerja sebagai nelayan. Seperti disampaikan Kapolres Demak, AKBP Heru Sutopo.

"Kami akan sikat habis petasan dan oknum pembuatnya," kata Heru Sutopo kepada Liputan6.com.