Liputan6.com, Batam - Sejumlah imigran gelap berduyun-duyun memenuhi pelataran kantor DPRD Batam. Mereka menginap di lokasi tersebut karena tempat yang biasa didiami terkena banjir.
Salah seorang imigran asal Afganistan, Abdul Hakim (36) mengaku sudah tiga hari bermalam di kantor DPRD Batam bersama istri dan tiga anaknya. Ia menuturkan lebih nyaman tinggal di tempat itu daripada di Taman Aspirasi yang memang disiapkan pihak Imigrasi Batam.
"Saya bukan menolak untuk ditempatkan di tempat yang telah disiapkan. Berhubung hujan dan banjir, terpaksa memilih pindah," ucap Abdul saat ditemui Jumat malam, 17 Juni 2016.
Abdul mengaku baru sembilan hari tinggal di Batam setelah sebelumnya tinggal di Puncak, Bogor. Ia pergi dari lokasi sebelumnya karena mendapat informasi jika proses pengurusan status sebagai pengungsi lebih cepat di Batam.
"Di Bogor, status saya sebagai pengungsi belum jelas. Saya mendapatkan informasi di Batam lebih enak dan mudah," ujar dia.
Baca Juga
Terkait hal itu, Ketua Komisi I Bidang Hukum DPRD Batam Nyanyang Haris Pratamura mengatakan tidak keberatan jika pelataran kantor dewan dijadikan tempat tidur sementara oleh para imigran. Tapi, hal itu tidak bisa dibiarkan karena akan menjadi masalah besar.
"Sebelumnya Imigrasi dan Pemerintah Batam saat rapat bersama, merasa terbebani atas banyaknya imigran berdatang ke Batam," ujar Nyanyang saat dikonfirmasi Sabtu (18/6/2016).
Ia meminta agar pihak yang bertanggung jawab, termasuk LSM, tidak memberi harapan banyak terhadap imigran. Ia juga menilai UNHCR, lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, terkesan membiarkan persoalan itu sehingga Batam terbebani imigran.
"LSM internasional jangan banyak ngasih harapan terhadap mereka (imigran) untuk ke Indonesia, khususnya Batam," kata Nyanyang.