Sukses

Bantul dan Gunungkidul Paling Rawan Longsor di DIY

Ada 16 kecamatan di DIY rawan longsor.

Liputan6.com, Yogyakarta - Bencana longsor terus membayangi warga yang ada di daerah rawan bencana longsor. Seperti di Purworejo, kondisi serupa juga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk itu UGM telah melakukan penelitian daerah rawan longsor di DIY. Empat kabupaten memiliki daerah yang rawan longsor, dan dua yang paling rawan.

"Gunungkidul dan Kulon Progo yang paling rawan longsor," ujar Agung Setianto dosen Teknik Geologi UGM di Yogyakarta, Rabu 22 Juni 2016.

Agung mengatakan wilayah rawan longsor ada di beberapa lokasi. Di Bantul terhitung beberapa lokasi yang potensi longsor seperti di Piyungan, Bantul. Adapun kawasan Merapi di Sleman.

"Daerah rawan longsor di Kulon Progo di bukit menoreh, pinggir kali opak, lalu di Nglipar sampai Wedi masuk wilayah Gunungkidul," ujar dia.

Agung menjelaskan warga yang berada di daerah rawan longsor di Yogyakarta terkendala masalah sosial. Warga yang berada di wilayah rawan longsor di Yogyakarta tidak mau dipindah. Hal itu yang menyulitkan pemerintah setempat untuk memindah warga dari lokasi rawan longsor.

"Padahal pemerintah sudah menyediakan tempat relokasi. Tapi nggak mau mereka," ujar dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menyebut ada sekitar 16 kecamatan yang termasuk kawasan rawan longsor di Yogyakarta. Sebanyak 16 kecamatan ini tersebar di kabupaten Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo dan Bantul.

"Ada 16 kecamatan di DIY kita sudah punya petanya. Daerah yang potensi tingginya longsor kita sampaikan ke pemangku setempat dan kita cek kesana. Dengan semangat desa tangguh, kita cek rawan longsor. Sleman hanya satu di Prambanan saja. Di Gunungkidul, Kulonprogo di Bantul itu ada daerah-daerah perbukitan," kata Agung.

Danang mengatakan BPBD DIY sudah mengantisipasi risiko korban longsor dengan memasang 300 alat Early Warning System (EWS) longsor berbasis masyarakat. 300 titik yang dipasangi EWS ini adalah tempat yang berpotensi terjadinya rawan longsor. Pihaknya juga sudah mengecek alat-alat tersebut.

"Kita aja 300 titik saja masih kurang. Ada dinding bukit yang akan bergerak itu sepotong-potong. Jadi banyak titiknya. Yang dipasang ini murni karena ada gerakan tanah," ujar Danang.