Liputan6.com, Temanggung - Supriyanto sang pembongkar makam ibundanya, Parimah bakal menjalani pemeriksaan kejiwaan. Pemeriksaan ini diharapkan dapat membantu kepolisian dalam mengusut kasus ritual aneh Supri ini.
Apakah dia mengambil jasad ibundanya benar-benar karena percaya jika Parimah bisa hidup lagi atau karena motif lain yang belum ditemukan hingga kini. Seperti disampaikan Kapolres Temanggung AKBP Wahyu Wim Hardjanto.
"Tentu melibatkan tim psikiater dan dokter spesialis penyakit jiwa," kata Wahyu di Temanggung, Jateng, Jumat 24 Juni 2016.
Baca Juga
Namun polisi menduga, penggunaan minyak wangi itu bukan sebagai bagian dari ritual. Melainkan untuk menutupi bau yang timbul dari mayat Parimah yang memang sudah membusuk.
Kepala Desa Bojonegoro Siyono menyebutkan, sejauh ini ia mendengar selentingan bahwa Supriyanto sering menggelar ritual-ritual yang dinilai aneh oleh warga, setiap Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.
"Ritual itu sudah sering dilakukan sebelum ia menyimpan mayat ibunya," ucap Siyono.
Ritual Supriyanto
Sementara itu, Iswanto (50) yang ikut diperiksa polisi karena membantu membongkar kuburan itupun menyebutkan, ritual tidak dilakukan di depan jenazah. Namun dilakukan di luar kamar.
"Kita rutin menggelar perkumpulan dengan ritual di rumahnya," ucap Iswanto tanpa merinci ritual tersebut.
Advertisement
Supriyanto dan dua temannya saat ini ditahan di Mapolsek Kedu. Mereka ditahan karena membongkar makam dan menyimpan mayatnya di rumah Supriyanto. Polisi masih terus mendalami kasus langka ini untuk mengetahui motifnya.
Supriyanto membongkar makam setelah bermimpi ditemui seseorang yang berpesan agar mengambil mayat Parimah saat 40 harinya. Mimpi itu kemudian dianggap sebagai wangsit.
Parimah meninggal dunia pada 14 April 2016 lalu dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat. Pada hari ke-40 kematian Parimah, Supriyanto membongkar makam ibu kandungnya itu dan menyimpan jasadnya di rumah.