Sukses

Kelezatan Nasi Kuning Saroja Bawa Keluarga Naik Haji Berkali-kali

Menu pelengkap nasi kuning Saroja adalah cakalang fufu, daging sapi dan dabu-dabu pedas.

Liputan6.com, Manado - Ternyata, makanan khas Manado tidak hanya bubur tinutuan atau mi cakalang. Ada pula menu nasi kuning yang tak boleh dilewatkan saat bertandang ke Ibu Kota Sulawesi Utara. Banyak tempat bisa menemukan menu ini, tapi yang paling melegenda adalah Nasi Kuning Saroja.

Lokasi warung nasi itu tidak jauh dari pusat Kota Manado, tepatnya di Jalan Diponegoro. Bangunan sederhana berukuran 10 x 15 meter ini dipadati pengunjung setiap hari. "Kita buka dari subuh hingga tengah malam," tutur Aisyah, salah satu pengelola Rumah Makan Nasi Kuning Saroja, Senin, 4 Juli 2016.

Meski masih dalam bulan puasa, Senin pagi itu Aisyah tetap sibuk melayani banyaknya pengunjung. "Kami memang tetap buka, karena pelanggan kami banyak juga warga non-Muslim. Selain itu, juga untuk para musafir. Mereka kebanyakan minta paket nasi kuning dibungkus untuk bekal perjalanan," tutur Aisyah.

Sekilas, nasi kuning Saroja terlihat sama seperti nasi kuning di daerah lain. Namun, perbedaan terasa saat lidah mencecap nasi kuning itu.

Rasa yang unik itu berasal dari sejumlah bumbu yang dicampurkan ke dalam beras, seperti santan kelapa, air perasan kunyit parut, daun pandan, batang serai yang dimemarkan, daun jeruk, dan bahan penyedap rasa lainnya.

"Menu pelengkap sajian nasi kuning Saroja adalah adalah cakalang fufu (ikan cakalang yang diasap) serta daging sapi tumis dan dabu-dabu (sambal) pedas," ujar Aisyah.  

Kekhasan nasi kuning Saroja juga terlihat saat akan dibawa pulang. Nasi kuning Saroja tidak dibungkus kertas atau daun pisang, tetapi dengan daun woka (sejenis daun lontar) yang banyak tumbuh di daratan Sulawesi Utara.

"Bagi pelanggan yang memesan untuk dibawa pulang, kami membungkusnya dengan daun woka," ujar dia.

2 dari 2 halaman

Naik Haji

Warung Nasi Kuning Saroja didirikan pasangan suami istri Salma Simen dan Abubakar pada 1977. Pemilihan "Saroja" punya kisah sendiri.

"Tadinya namanya Saraja, singkatan nama anak Hj Salma, Saidah, Rafiah dan Jafar. Tapi biar bagus, dan Pak Abubakar punya lagu kesukaan judulnya 'Seroja', namanya jadi Saroja," kata Saidah, putri pertama pendiri warung ini.

Saidah mengatakan, warung nasi kuning itu tidak langsung ramai saat dibuka. Berkat ketekunan Salma dan Abubakar, kini dalam sehari warung nasi kuning ini bisa memasak lebih dari 100 kg beras serta 150 butir telur, dan hampir selalu habis.

"Pada momen tertentu, seperti event pemerintah atau swasta, pesanan kami juga meningkat," tutur dia.

Harga nasi kuning ala Saroja relatif murah. Harga seporsi nasi kuning bertabur irisan ikan cakalang, potongan daging sapi, plus kering kentang di bagian atasnya hanya Rp 18.000. Jika ingin telur ayam rebus utuh, Anda cukup menambah Rp 3.000.

Puluhan tahun mengelola usaha nasi kuning Saroja, Saidah mengatakan, sudah menyokong kehidupan keluarga besar mereka. "Bahkan, beberapa kali kami naik haji dari usaha ini," ujar dia.