Sukses

TNI dan Polri Bersenjata Bakar Markas Pembakar Hutan 100 Ha

Perambah membakar hutan 100 hektare yang termasuk kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan.

Liputan6.com, Pekanbaru - Puluhan personel gabungan TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau bersenjata membakar sebuah rumah di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Kabupaten Pelalawan.

Menurut Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsma Henri Alfiandi, rumah yang dibangun dari kayu itu merupakan markas para perambah liar untuk menebang, membakar dan menanam sawit di kawasan marga satwa itu.

"Hanya saja di lokasi tidak ditemukan para perambah dan pembakar hutan untuk membuka perkebunan sawit. Kemungkinan, mereka sudah tahu akan didatangi karena sebelumnya beberapa helikopter pemadam melakukan operasi water bombing di sana," kata Henri, Selasa petang, 5 Juli 2016.

Henri menyebutkan, perambah di kawasan TNTN ini sebelumnya menebang dan membakar hutan seluas 100 hektare. Tujuannya untuk ditanami sawit karena di lokasi pondok yang dibakar sudah ada bibit-bibit sawit.

"Perambah ini sangat terorganisir. Mereka menebang hutan dan menanamnya dengan sawit. Mereka juga melakukan pembakaran. Data kemarin ada lebih kurang 100 hektare hutan yang terbakar dan dirambah," sebut penerbang pesawat tempur ini.

Henri menyebutkan, pihaknya sudah berpatroli darat dan udara di sekitar rumah kayu dimaksud. Tak ada satupun perambah ditemukan, meski patroli dilakukan pada radius 5 kilometer.

"Sudah kabur mereka. Namun di rumah kayu itu dan lokasi, ditemukan jejak-jejak kaki yang masih hangat atau baru. Ditemukan pula beberapa jerigen minyak sebagai bahan pembakaran dan beberapa alat penebang lainnya," kata Henri.

Selanjutnya, Henri dan Satgas Karhutla Riau berjanji tidak akan memberi ampun terhadap orang yang ditemukan dalam kawasan TNTN. Mereka bakal langsung ditangkap dan ditanyai apa maksudnya berada dalam hutan.

"Yang ditemukan langsung kita comot. Kita lakukan penyelidikan, terbukti diserahkan ke penegak hukum," tegas Dansatgas Udara Karhutla Riau ini.

2 dari 2 halaman

Taman Nasional Kritis

Menurut Henri, kawasan TNTN sudah kritis. Setiap ada operasi pemadaman, selalu ditemukan hutan yang sudah ditebang, dibakar dan kemudian ditanami sawit. Pelaku tak pernah jera dan tertangkap karena memakai pola main kabur.

"Artinya setelah menebang dan membakar, lokasi ditinggalkan untuk menghindari petugas. Setelah aman kemudian ditanami sawit," ungkap Henri.

Selain itu, kawasan TNTN yang seharusnya tidak dihuni manusia, malah terdapat banyak orang dan ada pula kelurahan di sana. Bahkan, ada kawasan yang kemudian ada sertifikat tanah milik pribadi.

Setiap tahun, kawasan TNTN kian menyempit akibat adanya keserakahan manusia terhadap tanah dan lahan perkebunan. Hal ini kemudian mengancam keberadaan margasatwa di sana karena selalu terjadi konflik antara manusia dan hewan. Tak jarang ditemukan di kawasan ini ada gajah yang mati.

Data dirangkum, terdapat 360 jenis flora di kawasan ini. Jumlah itu tergolong kepada 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo.

Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah.