Sukses

4 Masjid di Yogyakarta Ini Berfungsi sebagai Alarm Perang

Masjid-masjid di Yogyakarta tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Bowono I pada kisaran 1723-1819.

Liputan6.com, Yogyakarta - Siapa sangka, empat masjid di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata berfungsi sebagai sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) sewaktu perang melawan penjajah Belanda.

Masjid-masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Bowono I pada kisaran 1723-1819. Bangunan-bangunan itu terletak di empat penjuru mata angin, yakni selatan terdapat Masjid Dongkelan, Kasihan, Bantul. Di timur terdapat Masjid Babadan, Berbah, Sleman.

Sementara di sebelah utara Masjid Plosokuning, Ngaglik Sleman, dan sisi barat ada Masjid Mlangi, Gamping, Sleman.

"Masjid itu disebut sebagai Masjid Pathok Negoro yang dulu juga berfungsi sebagai pemantau ketika ada serangan atau pergerakan dari Belanda," ujar Wakil Penghageng Tepas Tanda Yekti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KPH Yudhahadiningrat di Yogyakarta, Jumat (8/7/2016).

Ia menjelaskan, pathok negoro merupakan sebutan untuk penghulu pada peradilan surambi, salah satu jabatan struktur pemerintahan di lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka menempati desa perdikan (bebas pajak) di mana masjid didirikan.

Dalam perjalanannya, para pathok negoro ini menjadi pemimpin jemaah masjid.

Selain sebagai tempat ibadah, kata dia, Masjid Pathok Negoro juga berfungsi sebagai tempat pertahanan, tempat belajar, majelis taklim, peradilan, dan kegiatan keagamaan masyarakat.

Takmir Masjid Pathok Negoro Plosokuning M Kamaluddin Purnomo, membenarkan masjid ini menjadi benteng pertahanan pada zaman perang dengan Belanda. "Bahkan pernah dibom oleh Belanda tetapi tidak mempan dan meleset," ucap Purnomo.

Video Terkini