Liputan6.com, Bumiayu - Horor kemacetan pada arus mudik Lebaran masih terus berlanjut saat para pemudik arus balik. Kemacetan di jalur arus utama berimbas ke jalur-jalur alternatif sehingga para pemudik terjebak di pedalaman.
Seperti terjadi di jalur alternatif jalur tengah Ajibarang-Bumiayu. Ada ratusan kendaraan terjebak kemacetan di wilayah Kecamatan Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah.
Kendaraan-kendaraan itu tak bisa bergerak karena harus menunggu terurainya kemacetan di jalur utama. Ratusan kendaraan yang terjebak macet terlihat di ruas jalan kabupaten Krajan-Winduaji, Brebes, dan jalan kabupaten Pekuncen.
Sutrisno, seorang relawan yang membantu mengatur lalu lintas di jalur itu, menyebutkan bahwa kendaraan menunggu antrean pergantian masuk persimpangan jalur utama di pertigaan Legok, Pekuncen, dan pertigaan Pesurupan, Winduaji, Peguyangan yang menjadi batas Brebes-Banyumas.
"Jadi kalau jalur utama masih macet, di sini nggak bisa jalan juga," kata Trisno kepada Liputan6.com, Senin (11/7/2016).
Baca Juga
Dia mencatat, kemacetan terparah dan benar-benar stagnan terjadi pada Minggu 10 Juli 2016 dari pagi hingga petang. Rata-rata para pemudik mengikuti anjuran untuk melewati jalur alternatif, sehingga kemacetan tak bisa dihindari.
"Ini sudah lancar meskipun masih sangat padat," kata Trisno.
Sriyanto, pemudik asal Purworejo, sengaja balik pada Lebaran agar jalan sudah longgar. Namun ternyata jalanan masih padat sehingga ia memilih jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di jalur utama Ajibarang-Bumiayu.
"Untung pemandangan di sini lumayan, meski jenuh agak terhibur," tutur Sriyanto.
Jalan di wilayah Desa Krajan itu merupakan jalan yang banyak diapit oleh persawahan dan pegunungan. Akibat hal tersebut banyak pemudik terpaksa harus mencari warung makan, musala, dan tempat lainnya untuk beristirahat.
Medan jalan yang menanjak dan berisiko di jalur alternatif membuat mobil pemudik harus diparkir di lokasi yang datar. Namun karena panjangnya antrean membuat sejumlah kendaraan pemudik terparkir di lokasi jalan menanjak. Akibatnya harus diganjal menggunakan batu dan kayu.