Liputan6.com, Manado - Selama periode 9–31 Juli 2016, dua ribu wisatawan dari Tiongkok dan Hong Kong diperkirakan bakal menyerbu Manado, Sulawesi Utara. Hingga akhir tahun, turis dari Negeri Tirai Bambu yang akan berwisata ke Manado diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.
"Setelah penerbangan oleh maskapai Lion Air pekan lalu dan awal pekan ini yang membawa wisatawan dari Tiongkok, tadi malam juga ada 174 turis dari Hong Kong yang datang dengan Citilink," ucap Kepala Dinas Pariwisata Sulut Joy Korah, Rabu (13/7/2016).
Di balik peluang devisa, Sulut kini bingung. Selain infrastruktur dan fasilitas penunjang wisata yang belum memadai, Sulut juga kekurangan pemandu berbahasa Mandarin. "Padahal, kunjungan ke Sulut ini banyak dari Tiongkok dan Hong Kong. Masalah pemandu berbahasa Mandarin ini yang sementara kami carikan solusinya," ujar Joy.
Joy mengatakan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota yang ada di Sulut untuk sama-sama membenahi berbagai kekurangan, termasuk infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata yang belum memadai.
Baca Juga
Wakil Bupati Minahasa Utara, Joppi Lengkong, mengakui pemandu wisata yang bisa berbahasa Mandarin terkait erat dengan minimnya guru bahasa Mandarin. "Untuk itu, harus ada pelatihan untuk pemandu yang bisa berbahasa Mandarin," ujar dia.
Kepala Dinas Pariwisata Minahasa Utara Femmy Pangkerego mengungkapkan Minahasa Utara bahkan baru mempunyai dua pemandu wisata yang bisa berbahasa Mandarin. "Jadi, memang masih minim," ujar dia sambil menambahkan, di Minahasa Utara juga ternyata hanya memiliki satu orang guru Bahasa Mandarin.
Direktur Komersil PT Citilink Indonesia, Hans Nugroho, pada Senin, 12 Juli 2016 mengungkapkan, sepanjang dua bulan ke depan, akan ada 23 penerbangan Citilink untuk melayani wisatawan dari Tiongkok dan Hong Kong. "Ada 174 wisatawan dalam satu pesawat. Tiga penerbangan dalam 10 hari kerja. Ini akan berjalan hingga dua bulan ke depan," kata Hans.