Sukses

Misteri Sekolah Dekat Kuburan Peraih Penghargaan Menteri

Cuma 41 calon siswa yang berminat bersekolah di sana.

Liputan6.com, Cirebon - SMP Negeri 18 Kota Cirebon di Jawa Barat masih sepi peminat. Hanya sedikit calon siswa yang mendaftarkan diri untuk bersekolah di sana pada tahun ajaran baru ini.

Padahal, sekolah ini pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Cuma 41 calon siswa yang berminat menuntut ilmu di salah satu sekolah yang dengan indeks integritas penyelenggaraan UN yang tinggi pada 2015.

"Masyarakat maunya di sekolah favorit. Entah kenapa padahal kami sudah promosi ke guru SD, stakeholder. Kualitas sekolah kami juga sama dengan SMP favorit lain di Kota Cirebon," ujar Kepala Sekolah SMPN 18 Kota Cirebon Muhammad Casila kepada Liputan6.com di Cirebon, Jabar, Kamis, 14 Juli 2016.

"Sekolah favorit juga ada kuotanya. Kalau sudah cukup kuotanya, kenapa di sekolah kami masih sepi peminat?" sambung dia.

(Panji Prayitno/Liputan6.com)

Sejak dibukanya pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara online, kondisi sekolah terpantau sepi.

"Kami tidak tahu apa keputusan atau pilihan kedua siswa ketika tidak diterima di sekolah favorit yang pertama dituju. Kualitas dan pembelajaran kami sama. Bahkan tahun lalu siswa kami masuk lima besar nilai UN tertinggi," tutur dia.

Karena Dekat Kuburan?

Casila menyadari, akses masuk dan kondisi lingkungan sekolah tersebut tak seperti di tempat lain. Akses jalan masuk ke sekolah masih sulit. Apalagi, bangunan sekolah juga berada tepat di depan pemakaman umum.

"Angkutan umum yang lewat sini memang masih sulit padahal kami sudah berulang kali menyampaikan aspirasi bahkan dalam reses dewan. Tapi yang direalisasi baru jalan umum," keluh Casila.

Sementara itu, Ketua Panitia PPDB SMPN 18 Kota Cirebon Asito Wijoyo mengatakan, jumlah kuota siswa baru di sekolah tersebut 252. Dari 41 pendaftar, terdiri dari 24 siswa yang mendaftar melalui jalur reguler atau PPDB online dan 13 calon siswa melalui jalur keluarga miskin (gakin).

"Sampai hari terakhir pendaftaran masih segitu jumlahnya. Mau tidak mau kami terpaksa membuka dua kelas saja untuk siswa baru tahun ini," ujar dia.