Sukses

Program Pengganti MOS Seru Menanti Siswa Baru Purwakarta

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghapus Masa Orientasi Siswa (MOS) yang biasa dilakukan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghapus Masa Orientasi Siswa (MOS) yang biasa dilakukan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Program yang biasanya mewajibkan para siswa baru memakai atribut aneh ini dianggap rawan kasus bullying.

Sebagai gantinya, kementerian meminta para guru di sekolah untuk langsung mengorientasi siswa baru tentang lingkungan sekolah mereka.

Meski begitu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memiliki program pengganti MOS. Hal itu disampaikan Dedi hari ini Senin (18/7/2016) setelah mengantarkan kedua anaknya pada hari pertama masuk sekolah.

Bagaimana bentuk pengganti MOS tersebut?

Menurut Dedi, ruh MOS sebagai bentuk pengenalan lingkungan intra dan ekstra sekolah harus tetap dipertahankan. Hal itu dianggap penting agar tumbuh kepekaan dalam diri siswa baru untuk menjaga lingkungan.

"Selama menjadi siswa di sekolah, anak-anak harus mampu menjaga dan merawat kebersihan. Mereka harus membersihkan lingkungannya sendiri," kata Dedi.

"Tidak membuang sampah sembarangan. Juga jangan lupa, ajak mereka ke lingkungan sekitar sekolah sehingga tidak melulu mereka itu tinggal di kelas," sambung dia.

Selain itu, Dedi mewajibkan siswa baru agar mau menanam pohon di lingkungan sekitar mereka. Selama menjadi siswa, mereka diwajibkan untuk memelihara dan merawat pohon yang mereka tanam sendiri di sekolah.

"Besok harus bawa pohon, tanam sendiri di sekolah, rawat sendiri juga oleh siswa. Ini harus ada, jangan sampai anak-anak kita menganggap bahwa menebang pohon itu adalah hal yang biasa," tambah Dedi.

Dedi memiliki pemahaman jiwa kesetiakawanan sosial siswa di Purwakarta juga harus mulai diasah. Untuk mencapai tujuan tersebut, selain dua program di atas, Dedi mengimbau siswa yang berasal dari keluarga mampu harus memiliki kawan yang berasal dari keluarga tidak mampu.

"Selama bersekolah, siswa yang mampu harus memiliki kawan dari keluarga tidak mampu, mereka harus berbagi bekal sehari-hari, jika tidak memiliki buku tulis, siswa yang mampu harus membantu siswa yang tidak mampu," ucap Bupati Purwakarta itu.