Liputan6.com, Jembrana - Munduk Barong yang terletak di Banjar Baleagung, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terkenal angker sejak dulu. Dinamakan Munduk Barong lantaran daerah tersebut tinggi bentuknya menyerupai barong.
Meski begitu, di daerah ini terdapat sebuah sekolah dasar bernama SDN 7 Yehembang. SDN 7 Yehembang yang berdiri diapit oleh rumah-rumah warga. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai sekolah itu dari arah Kota Negara.
"Tempat itu memang dikenal angker, datarannya tinggi menyerupai Barong. Makanya tempat itu dinamai Munduk Barong," kata beberapa warga setempat yang ditemui Liputan6.com, Selasa 19 Juli 2016.
Menurut warga, sekitar 1985, siswa di sekolah tersebut sering mengalami kejadian aneh, termasuk kesurupan. Kejadian-kejadian aneh itu kerap terjadi pada siang bolong.
"Dulu, gedung SD tersebut pernah dipakai oleh siswa kelas 1 SMPN 3 Mendoyo karena gedung sekolah mereka sedang direhab. Justru yang sering mengalami kejadiaan aneh itu adalah siswa SMP itu," ucap warga bernama Dewa.
Baca Juga
Dewa yang sempat mengenyam pendidikan dasar di SDN 7 Yehembang melanjutkan, pernah suatu ketika saat siang hari, ketika sejumlah siswa-siswi sedang belajar, tiba-tiba suara lonceng berbunyi berulang-ulang. Anehnya, kata dia, lonceng tersebut tak ada yang memukulnya.
"Waktu itu saya dan teman-teman lainnya ketakutan. Tapi para guru meminta kami untuk tetap tenang," tutur Dewa.
Keesokan harinya, di sekolah tersebut kembali terjadi peristiwa aneh. Tiba-tiba terjadi gempa Bumi yang sangat keras hingga membuat seluruh bangunan sekolah bergetar. Peristiwa itu lagi-lagi terjadi saat matahari tengah di atas kepala.
"Seketika, murid-murid yang sedang belajar berhamburan menyelamatkan diri. Bahkan, ada siswi yang bernama Ayu Widadari sampai terinjak-injak temannya hingga pingsan," tutur Dewa.
Advertisement
Kutu dan Pohon Beringin
Namun, warga yang tinggal di sekitar sekolah heran dengan kejadian tersebut karena mereka sama sekali tidak merasakan adanya gempa. Gempa Bumi itu ternyata hanya dirasakan puluhan siswa SMPN 3 Mendoyo yang menumpang belajar di gedung SD tersebut.
Kejadian aneh lainnya yang sering terjadi adalah siswa kesurupan. Selain itu, sering terdengar gemiricik air dari keran di kamar mandi, meski tak ada orang di dalamnya. Saat pintu kamar mandi dibuka, ternyata tak ada air keran yang mengalir.
Sejak saat itu, para guru mewajibkan siswa tiap harinya untuk bersembahyang dan menghaturkan sesaji. Di sekolah tersebut kini berdiri dua pelinggih (tempat sembahyang umat Hindu) sebagai tempat bersemayamnya Dukuh Sakti dan Dewa Ayu.
Belakangan, sekolah itu dikenal warga sebagai tempat berkembangbiaknya kutu rambut. Hampir semua rambut siswa di sekolah tersebut berkutu. Meskipun sudah dibersihkan di rumah orangtuanya, kepala mereka kembali dihinggapi kutu saat pergi ke sekolah.
"Pengaci-aci juga tiap hari tetap kami lakukan. Kami tidak berani gegabah di tempat ini. Bahkan setiap ada hari suci Hindu seperti Purnama dan Tilem, kami mewajibkan para siswa-siswa dan guru-guru untuk bersembahyang bersama," kata Ni Ketut Suanti, seorang guru di sekolah tersebut.
I Ketut Sudiana, guru lainnya, juga membenarkan keangkeran tempat tersebut. Namun, kejadian-kejadian aneh belakangan ini jarang terjadi lantaran rutin bersembahyang dan menghaturkan rarapan.
Terkait dengan banyaknya kutu di sekolah itu, menurut dia, banyak siswa-siswi yang berkutu. Hanya saja, ia tidak bisa memastikan apakah mereka tertular di sekolah atau di lingkungan rumah.
"Dulu di halaman sekolah ini ada pohon beringin besar dan beringin itu penyebab keangkerannya. Tapi setelah beringin itu roboh, angkernya berkurang," ucap Ketut.
Advertisement